My Clock

Kamis, 09 Juni 2011

KETIKA HATI INI TERKENA VIRUS

KETIKA HATI INI TERKENA VIRUS 


Customer Service (CS): Ya, ada yang bisa saya bantu?

Pelanggan (P): Baik, setelah saya pertimbangkan, saya ingin menginstal cinta kasih. Bisakah anda memandu saya menyelesaikan prosesnya?

CS: Ya, saya dapat membantu anda. Anda siap melakukannya?

P: Baik, saya tidak mengerti secara teknis, tetapi saya siap untuk menginstalnya sekarang. Apa yang harus saya lakukan dahulu?

CS: Langkah pertama adalah membuka HATI anda. Tahukan anda di mana HATI anda?

P: Ya, tapi ada banyak program yang sedang aktif. Apakah saya tetap bisa menginstalnya sementara program-program tersebut aktif?

CS: Program apa saja yang sedang aktif?

P: Sebentar, saya lihat dulu, Program yang sedang aktif adalah SAKITHATI.EXE, MINDER.EXE, DENDAM.EXE dan BENCI.COM.

CS: Tidak apa-apa. CINTA-KASIH akan menghapus SAKITHATI.EXE dari sistem operasi Anda. Program tersebut akan tetap ada dalam memori anda, tetapi tidak lama karena akan tertimpa program lain. CINTA- KASIH akan menimpa MINDER.EXE dengan modul yang disebut PERCAYADIRI.EXE.
Tetapi anda harus mematikan BENCI.COM dan DENDAM.EXE. Program tersebut akan menyebabkan CINTA-KASIH tidak terinstal secara sempurna. Dapatkah anda mematikannya?

P: Saya tidak tahu cara mematikannya. Dapatkah anda memandu saya?

CS: Dengan senang hati. Gunakan Start menu dan aktifkan MEMAAFKAN.EXE. Aktifkan program ini sesering mungkin sampai BENCI.COM dan DENDAM.EXE terhapus.

P: OK, sudah. CINTA-KASIH mulai terinstal secara otomatis. Apakah ini wajar?

CS: Ya, anda akan menerima pesan bahwa CINTA-KASIH akan terus diinstall kembali dalam HATI anda. Apakah anda melihat pesan tersebut?

P: Ya. Apakah sudah selesai terinstal?

CS: Ya, tapi ingat bahwa anda hanya punya program dasarnya saja. Anda perlu mulai menghubungkan HATI yang lain agar untuk mengupgradenya.

P: Oops. Saya mendapat pesan error. Apa yang harus saya lakukan?

CS: Apa pesannya?

P: ERROR 412 - PROGRAM NOT RUN ON INTERNAL COMPONENT". apa artinya?

CS: Jangan kuatir, itu masalah biasa. Artinya, program CINTA-KASIH diset untuk aktif di HATI eksternal tetapi belum bisa aktif dalam HATI internal anda. Ini adalah salah satu kerumitan pemrograman, tetapi dalam istilah non-teknis ini berarti anda harus men-"CINTA-KASIH"-i mesin anda sendiri sebelum men-"CINTA-KASIH"-i orang lain.

P: Lalu apa yang harus saya lakukan?

CS: Dapatkan anda klik pulldown direktori yang disebut "PASRAH"?

P: Ya, sudah.

CS: Bagus. Pilih file-file berikut dan salin ke direktori "MYHEART" MEMAAFKAN-DIRI-SENDIRI.DOC, dan MENYADARI-KEKURANGAN.TXT. sistem akan menimpa file-file konflik dan mulai memperbaiki program-program yang salah. Anda juga perlu mengosongkan Recycle Bin untuk memastikan program-program yang salah tidak muncul kembali.

P: Sudah. Hei!.. HATI saya terisi file-file baru. SENYUM.MPG aktif di monitor saya dan menandakan bahwa DAMAI.EXE dan KEPUASAN.COM dikopi
ke HATI. Apakah ini wajar?

CS: Kadang-kadang. Orang lain mungkin perlu waktu untuk mendownloadnya.
Jadi CINTA-KASIH telah terinstal dan aktif. Anda harus bisa menanganinya dari sini. Ada satu lagi hal yang penting.

P: Apa?

CS: CINTA-KASIH adalah freeware. Pastikan untuk memberikannya kepada orang lain yang anda temui. Mereka akan share ke orang lain dan seterusnya sampai anda akan menerimanya kembali.

P: Pasti. Terima kasih atas bantuannya.


semoga aja faham ^_^ dan bermamfaat

CINTA LAKI-LAKI BIASA (True Story)

Menjelang hari H, Nania masih saja sulit mengungkapkan alasan kenapa dia mau menikah dengan lelaki itu. Baru setelah menengok ke belakang, hari-hari yang dilalui, gadis cantik itu sadar, keheranan yang terjadi bukan semata miliknya, melainkan menjadi milik banyak orang; Papa dan Mama, kakak-kakak, tetangga, dan teman-teman Nania. Mereka ternyata sama herannya.

Kenapa? Tanya mereka di hari Nania mengantarkan surat undangan.

Saat itu teman-teman baik Nania sedang duduk di kantin menikmati hari-hari sidang yang baru saja berlalu. Suasana sore di kampus sepi. Berpasang-pasang mata tertuju pada gadis itu.

Tiba-tiba saja pipi Nania bersemu merah, lalu matanya berpijar bagaikan lampu neon limabelas watt. Hatinya sibuk merangkai kata-kata yg barangkali beterbangan di otak melebihi kapasitas. Mulut Nania terbuka. Semua menunggu. Tapi tak ada apapun yang keluar dari sana. Ia hanya menarik nafas, mencoba bicara dan? menyadari, dia tak punya kata-kata!

Dulu gadis berwajah indo itu mengira punya banyak jawaban, alasan detil dan spesifik, kenapa bersedia menikah dengan laki-laki itu. Tapi kejadian di kampus adalah kali kedua Nania yang pintar berbicara mendadak gagap. Yang pertama terjadi tiga bulan lalu saat Nania menyampaikan keinginan Rafli untuk melamarnya. Arisan keluarga Nania dianggap momen yang tepat karena semua berkumpul, bahkan hingga generasi ketiga, sebab kakak-kakaknya yang sudah berkeluarga membawa serta buntut mereka.

Kamu pasti bercanda!

Nania kaget. Tapi melihat senyum yang tersungging di wajah kakak tertua, disusul senyum serupa dari kakak nomor dua, tiga, dan terakhir dari Papa dan Mama membuat Nania menyimpulkan: mereka serius ketika mengira Nania bercanda.

Suasana sekonyong-konyong hening. Bahkan keponakan-keponakan Nania yang balita melongo dengan gigi-gigi mereka yang ompong. Semua menatap Nania!

Nania serius! tegasnya sambil menebak-nebak, apa lucunya jika Rafli memang melamarnya.

Tidak ada yang lucu, suara Papa tegas, Papa hanya tidak mengira Rafli berani melamar anak Papa yang paling cantik!

Nania tersenyum. Sedikit lega karena kalimat Papa barusan adalah pertanda baik. Perkiraan Nania tidak sepenuhnya benar sebab setelah itu berpasang-pasang mata kembali menghujaninya, seperti tatapan mata penuh selidik seisi ruang pengadilan pada tertuduh yang duduk layaknya pesakitan.

Tapi Nania tidak serius dengan Rafli, kan? Mama mengambil inisiatif bicara, masih seperti biasa dengan nada penuh wibawa, maksud Mama siapa saja boleh datang melamar siapapun, tapi jawabannya tidak harus iya, toh?

Nania terkesima.

Kenapa?

Sebab kamu gadis Papa yang paling cantik.

Sebab kamu paling berprestasi dibandingkan kami. Mulai dari ajang busana, sampai lomba beladiri. Kamu juga juara debat bahasa Inggris, juara baca puisi seprovinsi. Suaramu bagus!

Sebab masa depanmu cerah. Sebentar lagi kamu meraih gelar insinyur. Bakatmu yang lain pun luar biasa. Nania sayang, kamu bisa mendapatkan laki-laki manapun yang kamu mau!

Nania memandangi mereka, orang-orang yang amat dia kasihi, Papa, kakak-kakak, dan terakhir Mama. Takjub dengan rentetan panjang uraian mereka atau satu kata 'kenapa' yang barusan Nania lontarkan.

Nania Cuma mau Rafli, sahutnya pendek dengan airmata mengambang di kelopak.

Hari itu dia tahu, keluarganya bukan sekadar tidak suka, melainkan sangat tidak menyukai Rafli. Ketidaksukaan yang mencapai stadium empat. Parah.

Tapi kenapa?

Sebab Rafli cuma laki-laki biasa, dari keluarga biasa, dengan pendidikan biasa, berpenampilan biasa, dengan pekerjaan dan gaji yg amat sangat biasa.

Bergantian tiga saudara tua Nania mencoba membuka matanya.

Tak ada yang bisa dilihat pada dia, Nania!

Cukup!

Nania menjadi marah. Tidak pada tempatnya ukuran-ukuran duniawi menjadi parameter kebaikan seseorang menjadi manusia. Di mana iman, di mana tawakkal hingga begitu mudah menentukan masa depan seseorang dengan melihat pencapaiannya hari ini?

Sayangnya Nania lagi-lagi gagal membuka mulut dan membela Rafli. Barangkali karena Nania memang tidak tahu bagaimana harus membelanya. Gadis itu tak punya fakta dan data konkret yang bisa membuat Rafli tampak 'luar biasa'. Nania Cuma punya idealisme berdasarkan perasaan yang telah menuntun Nania menapaki hidup hingga umur duapuluh tiga. Dan nalurinya menerima Rafli. Di sampingnya Nania bahagia.

Mereka akhirnya menikah.

***

Setahun pernikahan.

Orang-orang masih sering menanyakan hal itu, masih sering berbisik-bisik di belakang Nania, apa sebenarnya yang dia lihat dari Rafli. Jeleknya, Nania masih belum mampu juga menjelaskan kelebihan-kelebihan Rafli agar tampak di mata mereka.

Nania hanya merasakan cinta begitu besar dari Rafli, begitu besar hingga Nania bisa merasakannya hanya dari sentuhan tangan, tatapan mata, atau cara dia meladeni Nania. Hal-hal sederhana yang membuat perempuan itu sangat bahagia.

Tidak ada lelaki yang bisa mencintai sebesar cinta Rafli pada Nania.

Nada suara Nania tegas, mantap, tanpa keraguan.

Ketiga saudara Nania hanya memandang lekat, mata mereka terlihat tak percaya.

Nia, siapapun akan mudah mencintai gadis secantikmu! Kamu adik kami yang tak hanya cantik, tapi juga pintar! Betul. Kamu adik kami yang cantik, pintar, dan punya kehidupan sukses!

Nania merasa lidahnya kelu. Hatinya siap memprotes. Dan kali ini dilakukannya sungguh-sungguh. Mereka tak boleh meremehkan Rafli.

Beberapa lama keempat adik dan kakak itu beradu argumen.

Tapi Rafli juga tidak jelek, Kak!
Betul. Tapi dia juga tidak ganteng kan?

Rafli juga pintar!
Tidak sepintarmu, Nania.

Rafli juga sukses, pekerjaannya lumayan. Hanya lumayan, Nania. Bukan sukses. Tidak sepertimu.

Seolah tak ada apapun yang bisa meyakinkan kakak-kakaknya, bahwa adik mereka beruntung mendapatkan suami seperti Rafli. Lagi-lagi percuma.

Lihat hidupmu, Nania. Lalu lihat Rafli!
Kamu sukses, mapan, kamu bahkan tidak perlu lelaki untuk menghidupimu.

Teganya kakak-kakak Nania mengatakan itu semua. Padahal adik mereka sudah menikah dan sebentar lagi punya anak.

Ketika lima tahun pernikahan berlalu, ocehan itu tak juga berhenti. Padahal Nania dan Rafli sudah memiliki dua orang anak, satu lelaki dan satu perempuan. Keduanya menggemaskan. Rafli bekerja lebih rajin setelah mereka memiliki anak-anak. Padahal itu tidak perlu sebab gaji Nania lebih dari cukup untuk hidup senang. Tak apa, kata lelaki itu, ketika Nania memintanya untuk tidak terlalu memforsir diri. Gaji Nania cukup, maksud Nania jika digabungkan dengan gaji Abang.

Nania tak bermaksud menyinggung hati lelaki itu. Tapi dia tak perlu khawatir sebab suaminya yang berjiwa besar selalu bisa menangkap hanya maksud baik..

Sebaiknya Nania tabungkan saja, untuk jaga-jaga. Ya? Lalu dia mengelus pipi Nania dan mendaratkan kecupan lembut. Saat itu sesuatu seperti kejutan listrik menyentakkan otak dan membuat pikiran Nania cerah.

Inilah hidup yang diimpikan banyak orang. Bahagia!

Pertanyaan kenapa dia menikahi laki-laki biasa, dari keluarga biasa, dengan pendidikan biasa, berpenampilan biasa, dengan pekerjaan dan gaji yang amat sangat biasa, tak lagi mengusik perasaan Nania. Sebab ketika bahagia, alasan-alasan menjadi tidak penting.

Menginjak tahun ketujuh pernikahan, posisi Nania di kantor semakin gemilang, uang mengalir begitu mudah, rumah Nania besar, anak-anak pintar dan lucu, dan Nania memiliki suami terbaik di dunia. Hidup perempuan itu berada di puncak!

Bisik-bisik masih terdengar, setiap Nania dan Rafli melintas dan bergandengan mesra. Bisik orang-orang di kantor, bisik tetangga kanan dan kiri, bisik saudara-saudara Nania, bisik Papa dan Mama.

Sungguh beruntung suaminya. Istrinya cantik.
Cantik ya? dan kaya!

Tak imbang!

Dulu bisik-bisik itu membuatnya frustrasi. Sekarang pun masih, tapi Nania belajar untuk bersikap cuek tidak peduli. Toh dia hidup dengan perasaan bahagia yang kian membukit dari hari ke hari.

Tahun kesepuluh pernikahan, hidup Nania masih belum bergeser dari puncak. Anak-anak semakin besar. Nania mengandung yang ketiga. Selama kurun waktu itu, tak sekalipun Rafli melukai hati Nania, atau membuat Nania menangis.

***

Bayi yang dikandung Nania tidak juga mau keluar. Sudah lewat dua minggu dari waktunya.

Plasenta kamu sudah berbintik-bintik. Sudah tua, Nania. Harus segera dikeluarkan!

Mula-mula dokter kandungan langganan Nania memasukkan sejenis obat ke dalam rahim Nania. Obat itu akan menimbulkan kontraksi hebat hingga perempuan itu merasakan sakit yang teramat sangat. Jika semuanya normal, hanya dalam hitungan jam, mereka akan segera melihat si kecil.

Rafli tidak beranjak dari sisi tempat tidur Nania di rumah sakit. Hanya waktu-waktu shalat lelaki itu meninggalkannya sebentar ke kamar mandi, dan menunaikan shalat di sisi tempat tidur. Sementara kakak-kakak serta orangtua Nania belum satu pun yang datang.

Anehnya, meski obat kedua sudah dimasukkan, delapan jam setelah obat pertama, Nania tak menunjukkan tanda-tanda akan melahirkan. Rasa sakit dan melilit sudah dirasakan Nania per lima menit, lalu tiga menit. Tapi pembukaan berjalan lambat sekali.

Baru pembukaan satu. Belum ada perubahan, Bu. Sudah bertambah sedikit, kata seorang suster empat jam kemudian menyemaikan harapan.

Sekarang pembukaan satu lebih sedikit. Nania dan Rafli berpandangan. Mereka sepakat suster terakhir yang memeriksa memiliki sense of humor yang tinggi.

Tigapuluh jam berlalu. Nania baru pembukaan dua. Ketika pembukaan pecah, didahului keluarnya darah, mereka terlonjak bahagia sebab dulu-dulu kelahiran akan mengikuti setelah ketuban pecah. Perkiraan mereka meleset.

Masih pembukaan dua, Pak! Rafli tercengang. Cemas. Nania tak bisa menghibur karena rasa sakit yang sudah tak sanggup lagi ditanggungnya. Kondisi perempuan itu makin payah. Sejak pagi tak sesuap nasi pun bisa ditelannya.

Bang? Rafli termangu. Iba hatinya melihat sang istri memperjuangkan dua kehidupan.

Dokter?

Kita operasi, Nia. Bayinya mungkin terlilit tali pusar.

Mungkin? Rafli dan Nania berpandangan. Kenapa tidak dari tadi kalau begitu? Bagaimana jika terlambat?

Mereka berpandangan, Nania berusaha mengusir kekhawatiran. Ia senang karena Rafli tidak melepaskan genggaman tangannya hingga ke pintu kamar operasi. Ia tak suka merasa sendiri lebih awal.

Pembiusan dilakukan, Nania digiring ke ruangan serba putih. Sebuah sekat ditaruh di perutnya hingga dia tidak bisa menyaksikan ketrampilan dokter-dokter itu. Sebuah lagu dimainkan. Nania merasa berada dalam perahu yang diguncang ombak. Berayun-ayun. Kesadarannya naik-turun. Terakhir, telinga perempuan itu sempat menangkap teriakan-teriakan di sekitarnya, dan langkah-langkah cepat yang bergerak, sebelum kemudian dia tak sadarkan diri.

Kepanikan ada di udara. Bahkan dari luar Rafli bisa menciumnya. Bibir lelaki itu tak berhenti melafalkan zikir.

Seorang dokter keluar, Rafli dan keluarga Nania mendekat.

Pendarahan hebat!

Rafli membayangkan sebuah sumber air yang meluap, berwarna merah. Ada varises di mulut rahim yang tidak terdeteksi dan entah bagaimana pecah! Bayi mereka selamat, tapi Nania dalam kondisi kritis.

Mama Nania yang baru tiba, menangis. Papa termangu lama sekali. Saudara-saudara Nania menyimpan isak, sambil menenangkan orangtua mereka.

Rafli seperti berada dalam atmosfer yang berbeda. Lelaki itu tercenung beberapa saat, ada rasa cemas yang mengalir di pembuluh-pembuluh darahnya dan tak bisa dihentikan, menyebar dan meluas cepat seperti kanker.

Setelah itu adalah hari-hari penuh doa bagi Nania.

***

Sudah seminggu lebih Nania koma. Selama itu Rafli bolak-balik dari kediamannya ke rumah sakit. Ia harus membagi perhatian bagi Nania dan juga anak-anak. Terutama anggota keluarganya yang baru, si kecil. Bayi itu sungguh menakjubkan, fisiknya sangat kuat, juga daya hisapnya. Tidak sampai empat hari, mereka sudah oleh membawanya pulang.

Mama, Papa, dan ketiga saudara Nania terkadang ikut menunggui Nania di rumah sakit, sesekali mereka ke rumah dan melihat perkembangan si kecil. Walau tak banyak, mulai terjadi percakapan antara pihak keluarga Nania dengan Rafli.

Lelaki itu sungguh luar biasa. Ia nyaris tak pernah meninggalkan rumah sakit, kecuali untuk melihat anak-anak di rumah. Syukurnya pihak perusahaan tempat Rafli bekerja mengerti dan memberikan izin penuh. Toh, dedikasi Rafli terhadap kantor tidak perlu diragukan.

Begitulah Rafli menjaga Nania siang dan malam. Dibawanya sebuah Quran kecil, dibacakannya dekat telinga Nania yang terbaring di ruang ICU. Kadang perawat dan pengunjung lain yang kebetulan menjenguk sanak famili mereka, melihat lelaki dengan penampilan sederhana itu bercakap-cakap dan bercanda mesra..

Rafli percaya meskipun tidak mendengar, Nania bisa merasakan kehadirannya.

Nania, bangun, Cinta? Kata-kata itu dibisikkannya berulang-ulang sambil mencium tangan, pipi dan kening istrinya yang cantik.

Ketika sepuluh hari berlalu, dan pihak keluarga mulai pesimis dan berfikir untuk pasrah, Rafli masih berjuang. Datang setiap hari ke rumah sakit, mengaji dekat Nania sambil menggenggam tangan istrinya mesra. Kadang lelaki itu membawakan buku-buku kesukaan Nania ke rumah sakit dan membacanya dengan suara pelan. Memberikan tambahan di bagian ini dan itu. Sambil tak bosan-bosannya berbisik,

Nania, bangun, Cinta? Malam-malam penantian dilewatkan Rafli dalam sujud dan permohonan. Asalkan Nania sadar, yang lain tak jadi soal. Asalkan dia bisa melihat lagi cahaya di mata kekasihnya, senyum di bibir Nania, semua yang menjadi sumber semangat bagi orang-orang di sekitarnya, bagi Rafli.

Rumah mereka tak sama tanpa kehadiran Nania. Anak-anak merindukan ibunya. Di luar itu Rafli tak memedulikan yang lain, tidak wajahnya yang lama tak bercukur, atau badannya yang semakin kurus akibat sering lupa makan.

Ia ingin melihat Nania lagi dan semua antusias perempuan itu di mata, gerak bibir, kernyitan kening, serta gerakan-gerakan kecil lain di wajahnya yang cantik. Nania sudah tidur terlalu lama.

Pada hari ketigapuluh tujuh doa Rafli terjawab. Nania sadar dan wajah penat Rafli adalah yang pertama ditangkap matanya.

Seakan telah begitu lama. Rafli menangis, menggenggam tangan Nania dan mendekapkannya ke dadanya, mengucapkan syukur berulang-ulang dengan airmata yang meleleh.

Asalkan Nania sadar, semua tak penting lagi.

Rafli membuktikan kata-kata yang diucapkannya beratus kali dalam doa. Lelaki biasa itu tak pernah lelah merawat Nania selama sebelas tahun terakhir. Memandikan dan menyuapi Nania, lalu mengantar anak-anak ke sekolah satu per satu. Setiap sore setelah pulang kantor, lelaki itu cepat-cepat menuju rumah dan menggendong Nania ke teras, melihat senja datang sambil memangku Nania seperti remaja belasan tahun yang sedang jatuh cinta.

Ketika malam Rafli mendandani Nania agar cantik sebelum tidur. Membersihkan wajah pucat perempuan cantik itu, memakaikannya gaun tidur. Ia ingin Nania selalu merasa cantik. Meski seringkali Nania mengatakan itu tak perlu. Bagaimana bisa merasa cantik dalam keadaan lumpuh?

Tapi Rafli dengan upayanya yang terus-menerus dan tak kenal lelah selalu meyakinkan Nania, membuatnya pelan-pelan percaya bahwa dialah perempuan paling cantik dan sempurna di dunia. Setidaknya di mata Rafli.

Setiap hari Minggu Rafli mengajak mereka sekeluarga jalan-jalan keluar. Selama itu pula dia selalu menyertakan Nania. Belanja, makan di restoran, nonton bioskop, rekreasi ke manapun Nania harus ikut. Anak-anak, seperti juga Rafli, melakukan hal yang sama, selalu melibatkan Nania. Begitu bertahun-tahun.

Awalnya tentu Nania sempat merasa risih dengan pandangan orang-orang di sekitarnya. Mereka semua yang menatapnya iba, lebih-lebih pada Rafli yang berkeringat mendorong kursi roda Nania ke sana kemari. Masih dengan senyum hangat di antara wajahnya yang bermanik keringat.

Lalu berangsur Nania menyadari, mereka, orang-orang yang ditemuinya di jalan, juga tetangga-tetangga, sahabat, dan teman-teman Nania tak puas hanya memberi pandangan iba, namun juga mengomentari, mengoceh, semua berbisik-bisik.

Baik banget suaminya! Lelaki lain mungkin sudah cari perempuan kedua!

Nania beruntung! Ya, memiliki seseorang yang menerima dia apa adanya.

Tidak, tidak cuma menerima apa adanya, kalian lihat bagaimana suaminya memandang penuh cinta. Sedikit pun tak pernah bermuka masam!

Bisik-bisik serupa juga lahir dari kakaknya yang tiga orang, Papa dan Mama.

Bisik-bisik yang serupa dengungan dan sempat membuat Nania makin frustrasi, merasa tak berani, merasa?

Tapi dia salah. Sangat salah. Nania menyadari itu kemudian. Orang-orang di luar mereka memang tetap berbisik-bisik, barangkali selamanya akan selalu begitu. Hanya saja, bukankah bisik-bisik itu kini berbeda bunyi?

Dari teras Nania menyaksikan anak-anaknya bermain basket dengan ayah mereka.. Sesekali perempuan itu ikut tergelak melihat kocak permainan.

Ya. Duapuluh dua tahun pernikahan. Nania menghitung-hitung semua, anak-anak yang beranjak dewasa, rumah besar yang mereka tempati, kehidupan yang lebih dari yang bisa dia syukuri. Meski tubuhnya tak berfungsi sempurna. Meski kecantikannya tak lagi sama karena usia, meski karir telah direbut takdir dari tangannya.

Waktu telah membuktikan segalanya. Cinta luar biasa dari laki-laki biasa yang tak pernah berubah, untuk Nania.

Seperti yg diceritakan oleh seorang sahabat..

- Asma Nadia - 

Rabu, 06 April 2011

Jangan Ungkapkan Cinta Pada Hati Lembutnya

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Ditulis oleh Ummu 'Aisy Bintu Ilham


Ada sebuah kisah klasik di antara kita para anak manusia…
Adam dan hawa, begitulah kecenderungan manusia pada tiap lawan jenisnya…
Ada ikhwan akhwat, akhi ukhti, qais laila, cewek cowok, romeo juliet, dan begitu seterusnya…
Sudahlah biasa mungkin, jika cinta itu diungkapkan seorang cowok pada kekasihnya…
Pada kenyataannya, mereka memang dua sejoli yang sedang memadu kasih, dimabuk lautan asmara…
Pertanyaannya kemudian adalah apakah biasa jika cinta itu diungkapkan seorang ikhwan kepada akhwat atau bahkan mungkin sebaliknya???
Yang notabene uda pada ngaji…
Jujur… Itu bukanlah hal yang biasa…
Bukan, bukanlah hal biasa…
Tapi sungguh luar biasa…
Ketika ada si ikhwan berkata pada akhwatnya “ukhti, aku mencintaimu dan menyayangimu…”
Hmm, sederet kata sayang yang memenuhi ucapannya… mengharapmu menjadi kekasih hati…
Terbungkus harapan dan janji-janji manis…
Padahal belumlah saatnya ungkapan itu dilontarkan…
Coba hawa, apa yang kalian rasakan jika ungkapan itu mendarat di telingamu??
Akankah terbang di atas awan ataukah terbuai angan panjang…
Mungkin dari kalian ada yang punya hati sekuat baja… so, mental lah kata-kata itu…
Tapi tak semua… di antara kita banyak berhati bak kapas yang mudah diterbangkan kemana pun angin berhembus…
Betapa tak kuasanya…
Lembutnya hati si hawa…
Adam, tegakah kalian menodai hati lembutnya??
Dengan kepolosan dan keluguannya…
Atau bahkan mungkin kebodohannya…
Ya, mungkin karena kebodohan dan kedangkalan ilmunya…
Tolong, jaga hati kami… kalo ga boleh dikatakan kalian memanfaatkan, mempermainkan, atau menguji hati kami…
Tau, jawabnya apa?
Maaf, kalo boleh kami sebut kalian adalah pengecut…
Kenapa begitu? Karena antum hanya bermain-main dengan sehelai kapas… yang kecil, tipis, mudah terbang tanpa arah dan tujuan…
Bermain-main di belakang dalam angan dan buaian…
Realitasnya, kalian belum berani menghadapinya…
Adakah jika engkau jantan, maka nikahi aku??
Bisakah??
Renungkanlah…
Jauhi kami, jika kalian tak kuasa dengan fitnah hawa…
Janganlah percikkan bara, jika kalian tak ingin terbakar olehnya…
Janganlah menantang resiko dengan mendekati pintu-pintu fitnah, jika kalian ga bisa menanggung konsekuensinya…
Melegalkan cara-cara yang telah diharamkan-Nya…
Bagaimanapun itu uda keluar dari jalur and syari’at-Nya…
Terbuai cinta yang bersemi sebelum waktunya…
Sehingga menempuh jalan bermaksiat kepada-Nya…
Sabarlah dan tuntutlah ilmu…
Amalkan dulu ilmu yang kita punya dalam balutan ketaatan dan ketaqwaan…
Jika memang sudah tak bisa…
Tempuhlah jalan yang paling mulia tuntunan RasulNya…
Menikahlah melalui jalur syari’atNya...
Dengan cara-cara yang dilegalkan dan dihalalkan-Nya…
Muslim yang baik untuk muslimah yang baik…
Muslimah yang baik untuk muslim yang baik pula…
Dan sebaliknya…
Semoga Alloh memberkahi… dalam ikrar suci yang menyatukan cinta kalian karena-Nya terbingkai indah dan mulia dengan sebuah pernikahan…
Kuntum mawar yang telah merekah mempesona, hadirkan ungkapan cinta suci pada kekasihnya…
Itulah cinta yang sesungguhnya…
Teruntuk ukhti fillah…
Pesan ukhti muthi’ah… semoga Alloh merahmatinya…
“Ukhti, aku sangat menyayangi antunna karena Alloh…
Semoga Alloh menyayangimu…
Hijabilah hatimu dengan hijab kalian…
Hijab yang sempurna…
Jangan biarkan hatimu mudah terjatuh karena rayuan seorang lelaki khilaf dan berpenyakit hatinya… hingga terlena akan harapan-harapan dan omong kosong mereka…
Jauhilah mereka…
Syaithan tak pernah lengah untuk menggoda hamba-Nya…
Senantiasalah istiqomah di jalan-Nya…
Memohonlah penjagaan dari Rabb-Mu dalam ketaatanmu…
Semoga Alloh memberikan yang terbaik untukmu, hidupmu, agamamu, dunia dan akhiratmu…”
Baarakallaahu fiikum….
Bumi Alloh di waktu pagi

Sebuah renungan untuk diriku dan saudaraku fillah

Saudariku, Yang Sedang Dalam Penantiannya

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

ijinkanlah saya berbagi dalam goresan tulisan ini...
jika menurut teman-teman, baik...maka ambillah...
dan jika menurut teman-teman, buruk...maka tinggalkanlah....


saudariku...muslimah...


wanita muslimah…laksana bunga….yang menawan…
wanita muslimah yang sholehah….bagaikan sebuah perhiasan yang tiada ternilai harganya….
Begitu indah…
begitu berkilau...
begitu menentramkan...

teramat banyak yang ingin meraih bunga tersebut…
Namun tentunya....tak sembarang orang berhak meraihnya….menghirup sarinya….


”Wahai Robb kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqoon:74)

hanya yang dia yang benar-benar terpilihlah...yang dapat memetiknya...
yang dapat meraih pesonanya...
dengan harga mahal yang teramat suci…
sebuah ikatan amat indah…bernama pernikahan…
karena itu…sebelum saatmu tiba….sebelum orang terpilih itu datang dan menggandengmu dalam istananya…
janganlah engkau biarkan dirimu layu sebelum masanya…
jangan kau biarkan serigala liar menjadikanmu bahan permainan dalam keisengannya…
jangan kau biarkan kumbang berebutan menghisap madumu…
jangan kau biarkan mereka mengintipmu diam-diam…dan menikmati pesonamu dalam kesendiriannya….
Jangan kau biarkan ia permainkan hatimu yang rapuh….atas nama taaruf…atas nama cinta...


Ya…atas nama cinta…

Jangan kau biarkan ia permainkan hatimu yang rapuh….atas nama taaruf…atas nama cinta


Kau tau saudariku…??
Jika seseorang jatuh cinta….maka cinta akan membungkus seluruh aliran darahnya…membekuknya dalam jari-jarinya…dan menutup semua mata…hati dan pikirannya….
Membuat seseorang lupa akan prinsipnya….
Membuat seseorang lupa akan besarnya fitnah ikhwan-akhwat…
Membuat seseorang lupa akan apa yang benar dan apa yang seharusnya ia hindarkan…
Membuat seseorang itu lupa akan apa yang telah ia pelajari sebelumnya tentang batasan-batasan pergaulan ikhwan akhwat…
Membuat seseorang menyerahkan apapun…supaya orang yang ia cintai…”bahagia” atau ridho terhadap apa yang ia lakukan…

Membuat orang tersebut lupa…bahwa….cinta mereka belum tentu akan bersatu dalam pernikahan….

Ya saudariku….ukhty fillah…

Jangan sampai cinta menjerumuskanmu dalam lubang yang telah engkau tutup rapat sebelumnya…

Karena itu…jika engkau mulai menyadari adanya benih-benih cinta mulai tertanam lembut dalam hatimu yang rapuh…segeralah…buat sebuah benteng yang tebal…yang kokoh…
Tanam rumput beracun disekelilingnya…
Pasang semak berduri di muara-muaranya

Cinta sejati hanyalah pada Rabbul Izzati. Cinta yang takkan bertepuk sebelah tangan. Namun Allah tidak egois mendominasi cinta hamba-Nya. Dia berikan kita cinta kepada anak, istri, suami, orang tua, kaum muslimin...


Cinta begitu dasyat pengaruhnya…jika engkau tau….
Karena itu…jika engkau mulai menyadari adanya benih-benih cinta mulai tertanam lembut dalam hatimu yang rapuh…segeralah…buat sebuah benteng yang tebal…yang kokoh…
Tanam rumput beracun disekelilingnya…
Pasang semak berduri di muara-muaranya….

Berlarilah menjauhinya…menjauhi orang yang kau cintai….
Buat jarak yang demikian lebar padanya….

jangan kau berikan ia kesempatan untuk menjajaki hatimu...

Biarlah air mata mengalir untuk saat ini…
Karena kelak yang akan kalian temui adalah kebahagiaan…
biarlah sakit ini untuk sementara waktu...
biarlah luka ini mengering dengan berjalannya kehidupan...

Karena…cinta tidak lain akan membuat kalian sendiri yang menderita…
Kalian sendiri…


Saudariku…. tentunya sudah mengerti dan paham...
bagaimana rasanya jika sedang jatuh cinta...
jika dia jauh..kita merasa sakit karena rindu...
jika ia dekat...kita merasa sakit...karena takut kehilangan....

padahal...ia belum halal untukmu...dan mungkin tidak akan pernah menjadi yang halal...

karena itu...jauhilah ia...
jangan kau biarkan dia menanamkan benih-benih cinta di hatimu....dan kemudian mengusik hatimu...
jangan kau biarkan dia mempermainkanmu dalam kisah yang bernama cinta...

maka...bayangkanlah keadaan ini...tentang suamimu kelak...

Hadis riwayat Abu Musa ra., ia berkata:
Rasulullah . bersabda: Tidak seorang pun yang lebih sabar mendengar sesuatu yang menyakitkan selain Allah, karena meskipun Allah disekutukan dan dianggap memiliki anak, tetapi Allah tetap memberikan kesehatan dan rezeki kepada mereka. (Shahih Muslim No.5016)


sahabatku...
sukakah engkau..??
apabila saat ini ternyata suamimu (kelak) sedang memikirkan wanita yang itu bukan engkau..???

sukakah engkau..??
bila ternyata suamimu (kelak) saat ini tengah mengobrol akrab...tertawa riang...becanda...
saling menatap...
saling menggoda...
saling mencubit...
saling memandang dengan sangat...
saling menyentuh...???
dan bahkan lebih dari itu...??

sukakah engkau saudariku...??

sukakah engkau bila ternyata saat ini suamimu (kelak) sedang jalan bersama gadis lain yang itu bukan engkau...??
sukakah engkau...??
bila saat ini suamimu (kelak) tengah berpikir dan merencanakan pertemuan berikutnya...??
tengah disibukkan oleh rencana-rencana...apa saja yang akan ia lakukan bersama gadis itu...??

tidak cemburukah engkau temanku..??
bila saat ini suamimu (kelak) sedang makan bareng bersama gadis lain...atau bahkan segerombolan gadis lain..?
suamimu (kelak) saat ini sedang digoda oleh gadis-gadis..
suamimu (kelak) sedang ditelepon dengan mesra...
suamimu (kelak) saat ini sedang dicurhatin gadis-gadis... yang berkata..."aku tak bisa jika sehari tak mengobrol dengamu..."

tidak cemburukah...?? tidak cemburukah...?? tidak cemburukaaaaahhhhhhhh......???

tidak terasa bagaimanakah..
jika suamimu (kelak) saat ini tengah beradu pandangan...
bercengkrama..
bercerita tentang masa depannya...
dengan gadis lain yang bukan engkau...???

sukakah engkau kiranya suamimu (kelak) saat ini tidak bisa tidur karena memikirkan gadis tersebut...??
menangis untuk gadis tersebut...??
dan berkata dengan hati hancur..."aku sangat mencintamu...aku sangat mencintaimu...???"
tidak patah hatikah engkau...???
sukakakah engkau bila suamimu (kelak ) berkata pada gadis lain.."tidak ada orang yang lebih aku cintai selain engkau...??"
menyebut gadis tersebut dalam doanya...
memohon pada Allah supaya gadis tersebut menjadi istrinya...

dan ternyata engkaulah yang kelak akan jadi istrinya...dan bukan gadis tersebut...???


jika engkau tidak suka akan hal itu...
jika engkau merasa cemburu....
maka demikian halnya dengan suamimu (kelak)...

dan...Allah jauh lebih cemburu daripada suamimu....
Allah lebih cemburu...saudariku...
melihat engkau sendirian...namun pikirannmu enggan berpindah dari laki-laki yang telah mengusik hatimu tersebut....

saudariku....kalian percaya takdir bukan..?


saudariku....kalian percaya takdir bukan..?

apabila dua orang telah digariskan untuk dapat hidup bersama...
maka...
sejauh apapun mereka...
sebanyak apapun rintangan yang menghalangi...
sebesar apapun beda diantara mereka...
sekuat apapun usaha dua orang tersebut untuk menghindarkannya...

meski mereka tidak pernah komunikasi sebelumnya...
meski mereka sama sekali tidak pernah membayangkan sebelumnya...
meski mereka tidak pernah saling bertegur sapa...

PASTI tetap saja mereka akan bersatu....
seakan ada magnet yang menarik mereka...
akan ada hal yang datang...untuk menyatukan mereka berdua....
akan ada suatu kejadian...yang membuat mereka saling mendekat...dan akhirnya bersatu...

Dari Usamah bin Zaid, Rosulullah shollallahu’alaihi wasallam bersabda: “Tidak pernah kutinggalkan sepeninggalku godaan yang lebih berbahaya bagi kaum lelaki selain daripada godaan wanita.”


namun...
apabila dua orang telah ditetapkan untuk tidak berjodoh...
maka...
sebesar apapun usaha mereka untuk saling mendekat...
sekeras apapun upaya orang disekitar mereka untuk menyatukannya...
sekuat apapun perasaan yang ada diantara mereka berdua...
sebanyak apapun komunikasi diantara mereka sebelumnya...
sedekat apapun...

PASTI...akan ada hal yang membuat mereka akhirnya saling menjauh...
ada hal yang membuat mereka saling merasa tidak cocok...
ada hal yang membuat mereka saling menyadari bahwa memang bukan dia yang terbaik....
ada kejadian yang menghalangi mereka untuk bersatu...

bahkan ketika mereka mungkin telah menetapkan tanggal pernikahan...


namun...yang perlu dicatat disini adalah...
yakinlah...bahwa yang diberikan oleh Allah...
yakinlah...bahwa yang digariskan oleh Allah...
yakinlah...bahwa yang telah ditulis oleh Allah dalam KitabNya..
adalah...yang terbaik untuk kita....
adalah....yang paling sesuai untuk kita...
adalah...yang paling membuat kita merasa bahagia,,,,

karena Dialah...yang paling mengerti kita...lebih dari kita sendiri...
Dialah...yang paling menyayangi kita...
Dialah...yang paling mengetahui apa-apa yang terbaik untuk kita...
sementara kita hanya sedikit saja mengetahuinya...dan itupun hanya berdasarkan pada persangkaan kita...

dan....yang perlu kita catat juga adalah...
JIKA KITA TIDAK MENDAPATKAN SUATU HAL YANG KITA INGINKAN...ITU BUKAN BERARTI BAHWA KITA TIDAK PANTAS UNTUK MENDAPATKANNYA....NAMUN JUSTRU BERARTI BAHWA...KITA PANTAS...KITA PANTAS MENDAPATKAN YANG LEBIH BAIK DARI HAL TERSEBUT...
KITA PANTAS MENDAPATKAN YANG LEBIH BAIK...SAUDARIKU....
LEBIH BAIK....
meskipun saat ini...mata manusia kita tidak memahaminya...
meskipun saat itu...perasaan kita memandangnya dengan sebelah mata...
meskipun saat itu...otak kita melihatnya sebagai sesuatu yang buruk....

Tidak...jangan terburu-buru menvonis bahwa engkau telah diberikan sesuatu yang buruk....bahwa engkau tidak pantas....
karena kelak...engkau akan menyadarinya...
engkau akan menyadarinya perlahan...bahwa apa yang telah hilang darimu....bahwa apa yang tidak engkau dapatkan....bukanlah yang terbaik untukmu...bukanlah yang pantas untukmu...bukanlah sesuatu yang baik ,,,,untukmu....

Dari Abu Huroiroh dari Rosululloh bersabda : "Berwasiatlah kalian yang baik kepada kaum wanita, karena mereka tercipta dari tulang rusuk, dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas, maka kalau engkau meluruskannya berarti engkau mematahkannya, namun jika engkau membiarkannya maka dia akan selamanya bengkok, oleh karena itu berwasiatlah yang baik kepada wanita.” (HR. Bukhori 5168, Muslim : 1468)


karena itu...saudariku...
jangan mubazirkan perasaanmu...air matamu...
jangan kau umbar semua perasaan cintamu ketika engkau tengah menjalin proses taarufan...
jangan kau umbar semua kekuranganmu...jangan kau ceritakan semuanya...
jangan kau terlalu ngotot ingin dengannya...jika engkau mencintainya...
karena belum tentu dia adalah jodohmu...
pun jangan takut bila ternyata kalian tidak merasa cocok...
karena Allah telah menetapkan yang terbaik untuk kalian...

maka...memohonlah padaNya...
mintalah padanya diberikan petunjuk...dan dijauhkan dari segala godaan yang ada...
karena...cinta sebelum pernikahan...pada hakekatnya adalah sebuah cobaan yang berat...

apakah kalian sering merasa takut…?? Karena hanya memiliki sedikit saja atau bahkan tidak memiliki teman laki-laki…???


kemudian saudariku….
apakah kalian sering merasa takut…?? Karena hanya memiliki sedikit saja atau bahkan tidak memiliki teman laki-laki…???
Apakah kalian merasa khawatir…???
Apakah kalian sering merasa iri melihat gadis-gadis lain yang banyak yang mencintai…banyak yang melamar…banyak yang menginginkannya…??
Pernahkan terlintas rasa iri tersebut pada kalian…???
Atau sekedar ungkapan…”hmm…enak ya..kamu…punya banyak temen laki-laki….”
“hmm..kamu sih enak…banyak yang mau…tinggal milih…?”
Saudariku…ketahuilah….
Kelak…kita hanya akan memiliki satu orang suami…
Hanya satu saudariku…atau kadang lebih…jika cerai dan menikah lagi…namun saat yang bersamaan…kita hanya akan punya satu suami bukan,,,,???
Jadi seberapa banyak pun laki-laki yang menyukai kita..
Seberapa banyak teman laki-laki kita…
Seberapa banyak kenalan kita….
Pada akhirnya kita hanya akan menikah dengan satu orang laki-laki…
Pada akhirnya kita hanya akan jadi milik satu orang laki-laki…


Dan…percayalah…semua itu tidak ada kaitannya dengan banyak sedikitnya kenalan…banyak sedikitnya teman laki-laki

sama sekali tidak...
karena jika wanita yang terjaga maka Allahlah yang akan mengirimkan pendamping untuknya...
karena wanita yang terjaga adalah wanita yang banyak didamba oleh seorang ikhwan sejati...
jadi...jagalah dirimu...hatimu...kehormatanmu...sebelum saatnya tiba...

perbanyak bekalmu...dan doamu...
yakinlah...bahwa Allah yang akan memilihkan yang terbaik untukmu...
amien...


*Ya Allah...karuniakanlah kami seorang suami yang sholeh...
yang menjaga dirinya...
yang menjaga hatinya hanya untuk yang halal baginya...
yang senantiasa memperbaiki dirinya...
yang senantiasa berusaha mengikuti sunnah Rasulullah...
yang baik akhlaknya...
yang menerima kami apa adanya...
yang membimbing kami dengan lemah lembut...
yang akan membawa kami menuju JannahMu Ya Rabb...

kabulkan ya Allah...
amien...
dan segerakanlah...karena hati kami teramat lemah...dan cinta sebelum menikah adalah sebuah cobaan yang berat...


al wakrah,
penghujung tahun, 11 Desember 2009


Dicopas dari note Ukhtina Inur Masih Dhaif Ilmunya (Nur Laela Ummu Hannan)

Kamis, 03 Maret 2011

Tersenyumlah...

. Minggu, 12 September 2010
Oleh : Ustadz Abu Abdillah Syahrul Fatwa as Salim*

Andaikan sedekah terbatas hanya dengan harta, tentu amalan sedekah menjadi monopoli orang kaya saja. Namun, Islam tidak demikian. Apabila ada syari’at yang hanya mampu dikerjakan orang tertentu, Islam akan membuka ladang yang lain bagi yang tidak mampu.

Senyuman termasuk sedekah maknawi yang sering di anggap sepele oleh kebanyakan orang. Memberi senyuman amatlah mudah dan ringan. Hanya dengan membuat bibir merekah, orang yang melihat akan senang. Apakah sebenarnya senyuman itu? Adakah rahasia dan manfaat di balik senyuman? Temui jawabannya dalam lembaran berikut. Allohul Muwaffiq.


Apa Senyuman Itu?

“Tersenyum” dalam bahasa arab diambil dari asal kata “basama”. Ibnu Faris berkata: “Huruf ba, sin, dan mim asalnya satu, yaitu menampakkan bagian mulut yang depan karena sesuatu yang menyenangkan tetapi lebih ringan dari tertawa.” [1]

Kata “basama” yaitu terbukanya dua bibir hingga terlihat gigi seri karena tertawa tetapi tanpa suara. Ia adalah tertawa yang ringan dan paling bagus. [2]

Senyuman adalah kebahagiaan yang tampak pada wajah sebagai petunjuk atas apa yang tersimpan dalam hatinya karena senang dari perjumpaan atau lainnya. [Nadhrotun Na’im: 3/812]


Macam-Macam Senyuman

Senyuman memiliki arti yang beragama, bisa menampakkan kebahagiaan, perasaan jiwa, dan sebagainya. Secara umum, senyuman itu ada tiga macam bentuk:


Pertama: Senyuman yang melukiskan perasaan

Yaitu senyuman yang melukiskan perasaan pribadi seseorang. Senyuman itu timbul karena perasaan dalam diri berupa kesenangan dan kebahagian yang meliputi relung hati. Hatinya penuh dengan kebaikan, tidak ada rasa dengki kepada orang lain, dia tidak menginginkan dari orang lain kecuali kebaikan. Senyuman jenis ini akan sulit sekali muncul dari orang yang tidak memiliki kriteria seperti di atas. Sungguh kita menjumpai banyak di antara manusia yang tidak pernah senyum sama sekali, raut wajahnya tampak kaku dan dingin! Tidak pernah terlihat kebahagiaan, hatinya sakit, selalu dipenuhi rasa dengki dan curiga kepada orang lain. Pintu hatinya tertutup. Kebaikan sedikit sekali melintas dalam dirinya. Wallahul Musta’an.

Senyuman jenis pertama ini terbagi lagi menjadi beberapa contoh:

1. Muncul dari lubuk hati karena berjumpa dengan manusia

Senyuman ini melukiskan perasaan senang ketika berjumpa dengan manusia. Contoh konkretnya seperti yang dikatakan sahabat mulia Abdullah bin Harits radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:

“Tidaklah aku melihat seorang pun yang lebih banyak tersenyum daripada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.” [HR.Ahmad: 4/191, at Tirmidzi dalam Syama’il Muhammadiyah, dishohihkan Syaikh al Albani dalam Mukhtashor Syama’il Muhammadiyyah: 194]

Hal itu dikerjakan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam ketika berada di tengah manusia karena senyuman semacam ini akan membawa pengaruh yang kuat kepada orang yang diberi senyuman. Perasaan orang yang diberi senyuman akan senang dan berbunga-bunga karena senyuman ini tulus dari hati, tidak ada tendensi dan motif tertentu.

2. Muncul dari lubuk hati karena melihat sesuatu yang membuat tertawa

Senyuman ini pun muncul dari hati. Sebabnya bisa karena mendengar atau melihat sesuatu yang lucu. Contohnya adalah kisah sahabat yang mulia Rifa’ah al Qurozhi radhiyallahu ‘anhu tatkala menceraikan istrinya talak tiga. Kemudian istri Rifa’ah tersebut dinikahi oleh Abdurrahman bin Jubair. Tak lama setelah pernikahan ini, mantan istri Rifa’ah mengadu kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bahwa Abdurrahman bin Jubair, suami barunya itu, tidak bisa ‘berbuat’ kepada dirinya, seperti ujung kain yang lemas. Mendengar aduannya, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam hanya bisa tersenyum lantas berkata: “Barangkali engkau ingin kembali lagi kepada Rifa’ah? Tidak boleh, hingga engkau merasakan madunya dan dia pun telah merasakan madumu.” [HR.al Bukhari 2496]

3. Menerima berita gembira

Senyuman ini biasanya diiringi dengan tangisan karena bercampurnya perasaan senang, terharu, dan sangat bahagia dengan nikmat yang diperoleh berupa berita gembira yang menyenangkan hati. Contohnya adalah senyuman dan tangisan Abu Bakar tatkala mendengar berita dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam tentang hijrah dan dirinya terpilih sebagai teman yang mendampinginya. [HR.al Bukhari 3906]


Kedua: Senyuman kesedihan

Senyuman ini biasanya muncul ketika seseorang mendapat kesedihan atau perkara yang membuat dirinya lemah. Dia tetap tersenyum di hadapan orang lain untuk menyembunyikan kesedihannya. Contoh yang jelas dari jenis senyuman ini adalah ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam memanggil Ka’ab bin Malik radhiyallahu ‘anhu beserta para sahabatnya yang tidak ikut serta perang Tabuk.Ka’ab bin Malik berkata: “Aku datang memenuhi panggilan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, tatkala aku tiba, aku mengucapkan salam padanya, beliau tersenyum dengan senyuman yang menggambarkan kemarahan, beliau berkata kepadaku: “Kemarilah”, Aku mendekat hingga aku duduk persis dihadapannya. Beliau bertanya: “Apa yang menyebabkanmu tidak ikut serta Perang Tabuk?” [HR.al Bukhari 4667, Muslim 2769]

Senyuman semacam ini muncul karena perasaan sedih dan kecewa terhadap orang yang dicintai atau dipercaya.


Ketiga: Senyuman yang dibuat-buat

Senyuman jenis ini bisa dibuat-buat oleh orang. Ada tendensi dan motif tertentu dari balik senyumannya. Umumnya, senyuman ini bertujuan untuk menolak kejelekan orang yang akan diberi senyuman, atau untuk menarik simpati para pembeli, para pengunjung too dan sebagainya. Karena itu, kita sering melihat para pegawai toko, swalayan atau lainnya memberikan senyuman kepada para pengunjung dan pembeli yang akan datang ke tokonya! Senyuman jenis ini, walaupun dibuat-buat tapi punya magnet yang sangat kuat untuk menggaet pembeli dalam melariskan barang dagangan!


Pengaruh Senyuman Bagi Jiwa

Senyuman adalah cerminan jiwa. Pancaran hati orang yang tersenyum. Bahagia dan sedih dapat tergambar dari senyuman. Allah ta’ala berfirman (yang artinya):

“Banyak muka pada hari itu berseri-seri, tertawa dan bergembira ria.” [QS.Abasa: 38-39]

Imam an Munawi rahimahullah berkata, “Sebagian ahli hikmah mengatakan bahwa senyuman dan kegembiraan adalah pengaruh pancaran cahaya dalam hati.” [3]

Kemudian, seberapa besarkah pengaruh senyuman dalam jiwa seseorang?


1. Mendatangkan rasa cinta

Tidak kita ragukan, bahwa senyuman termasuk perantara yang sangat kuat dalam meraih rasa cinta dan perhatian orang lain. Manusia akan senang bila melihat orang yang ramah dan selalu ceria. Dengan senyuman seorang istri, hati seorang suami akan lunak dan bahagia. Dengan akhlak yang baik, ramah, santun, lemah lembut dan terbuka kepada manusia, akan membuat mereka tertarik dalam menerima kebenaran dan dakwah. Sebaliknya, sifat keras, kaku, raut wajah yang tidak pernah gembira akan membuat lari setiap orang yang berakal. Allah ta’ala berfirman (yang artinya):

“Maka disebabkan Rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu…” [QS.Ali Imran/3:159]

Imam Ibnu Uyainah rahimahullah berkata,”Senyuman adalah magnet kuat untuk meraih rasa cinta. Sedangkan perbuatan baik adalah sesuatu yang mudah, berwajah ceria dan pembicaraan yang lembut.” [4]

Senyuman yang tulus dan timbul dari orang tercinta adalah kebahagiaan bagi orang yang diberi senyuman. Senyuman itu dapat melembutkan dan menarik perhatiannya. Cara menarik perhatian tidaklah melulu dengan harta atau sesuatu yang bersifat material saja tetapi lebih dari itu, yakni dengan berwajah cerita dan penuh perhatian karena bisa menyenangkan rohani. Oleh karena itu, senyuman yang timbul dari hati orang yang senang dan tulus akan membuat orang senang kepadanya karena senyumannya.

Seorang yang baik berkata,”Orang yang punya senyuman akan disenangi karena senyumannya. Tidak bisa menghilangkan sifat amarah dari orang yang selalu bermuka masam.” [5]


2. Menyembunyikan aib

Termasuk pengaruh senyuman bagi jiwa adalah dapat menyembunyikan aib dan kejelekan seseorang. Senyuman ini biasanya dibuat-buat untuk menyembunyikan aib pada dirinya atau aib orang lain. Senyuman ini tidak bisa timbul kecuali dari orang yang kuat jiwanya.

Kami hanya mencukupkan dengan dua point ini saja untuk menunjukkan pengaruh senyuman bagi jiwa. Bagi saudara-saudaraku yang ingin mengetahui lebih jauh lgi pengaruh senyuman bagi jiwa seseorang, bisa langsung bertanya kepada ahlinya.


Manfaat Senyuman


1. Termasuk sedekah

Senyuman termasuk sedekah maknawi yang dapat membahagiakan orang. Jika orang diberi sedekah harta akan senang dan bahagia, demikian pula senyuman adalah sedekah maknawi untuk kebahagiaan hati dan jiwa. Hal ini telah ditegaskan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya:

“Senyuman di hadapan saudaramu adalah sedekah.” [HR.at Tirmidzi 1956, Ahmad 5/168, al Bukhari dalam al Adab al Mufrod 891, Ibnu Hibban 864, Ibnu Adi dalam al Kamil 5/275, Syaikh al Albani menyatakan bahwa hadits ini derajatnya hasan lighoirihi, lihat ash Shohihah 572]


2. Terjaga dari kejelekan

Senyuman punya pengaruh kuat untuk membendung kejelekan. Betapa banyak orang yang terkenal galak dan jelek di mata masyarakat dapat menjadi lunak bila kita bersikap santun, ramah, dan murah senyum kepadanya. Ini bukan sifat munafik atau basa basi dalam bergaul. Justru ini adalah metode untuk menyenangkan orang lain dengan menyembunyikan rasa benci demi meraih kebaikan orang yang di benci. Sikap ini pula yang telah dicontohkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam tatkala menghadapi pemuka kaum munafik, Abdullah bin Ubay bin Salul. Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam bermuka manis, lembut, dan santun ketika bertemu dengannya. [Lihat HR.al Bukhari 5685, Muslim 2591]


3. Mendatangkan rasa cinta

Orang yang murah senyum, manis muka dan ramah kepada orang lain lebih disenangi daripada orang yang selalu bermuka dan dingin. Bahkan, seorang perjaka dapat tergila-gila dengan gadis pujaannya hanya karena sebuah senyuman yang merekah dari bibirnya! Demikian pula seorang suami dapat reda amarahnya bila si istri mampu bersikap tenang dan dapat menghibur dengan senyuman. Semua ini sudah terbukti dan berhasil.


4. Mengikat tali persaudaraan

Tidak diragukan lagi, manusia selalu butuh hidup bersama. Dia tidak bisa menyendiri di dunia ini. Jiwa yang sehat akan condong untuk memilih teman-teman yang baik, sopan, dan manis muka daripada teman yang pemarah dan selalu bermuka masam. Senyuman adalah salah satu daya tarik yang dapat mengikat persaudaraan –tentunya persaudaraan yang dibangun di atas Islam dan aqidah yang benar- dengan kokoh.


5. Menguatkan rasa kasih saying dalam rumah tangga

Kehidupan rumah tangga yang sepi dari senyuman adalah rumah tangga yang gersang. Bayangkan kalau antara suami dan istri saling bersikap diam, dingin, dan tidak ada kemesraan padahal keduanya selalu bertemu dan saling membutuhkan! Kehidupan pasutri yang seperti ini ibaratnya hubungan komandan dengan prajuritnya, sangat resmi dan tidak berbicara kecuali butuh saja! Padahal agama kita yang mulia mengajarkan agar seorang suami –khususnya- dapat mempergauli istrinya dengan baik. Allah ta’ala berfirman (yang artinya):

“…Dan bergaullah dengan mereka (para istri) secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” [QS.an Nisa’/4:19]

Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan,”Yaitu perbaguslah ucapan kalian kepada mereka, perbaiki tingkah laku dan penampilan kalian sesuai kemampuan. Sebagaimana kalian juga menginginkan dari mereka seperti itu, maka perbuatlah seperti itu juga. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam sangat bagus akhlaknya ketika bergaul dengan istri-istrinya. (Beliau bersikap) sangat gembira. Beliau mencandainya istrinya, lemah lembut, memberikan nafkah, dan membuat para istrinya tertawa.” [6]


6. Membuat awet muda

Seorang ahli kejiwaan mengatakan,”Sesungguhnya peredaran darah tatkala marah dan sedih tidak hanya menghalangi sampainya oksigen ke otak, tetapi lebih dari itu, akan menimbulkan ketidakseimbangan zat kimiawi karena tidak sampainya zat-zat hormon. Sesungguhnya tertawa dan senyuman akan menjadikan otak bebas bergerak karena kesedihan berubah menjadi bahagia.” [7]


7. Keuntungan materi

Toko-toko yang para pegawainya bersikap lembut, ramah, dan murah senyum akan lebih banyak di datangi para pembeli daripada toko yang penjaga-penjaganya sering bermuka masam dan pemarah. Bahkan, di negeri Jepang para pemilik toko mewajibkan para pegawainya untuk senantiasa memberikan senyuman kepada para pembeli dan pengunjung yang datang karena mereka melihat pengaruh yang sangat kuat dalam melariskan barang dagangan. [8]


Bermuka Masam?

Bermuka masam adalah gambaran wajah yang murung ketika bertemu, sedikit tersenyum, dan menampakkan perasaan benci. Perangai semacam ini tidaklah muncul selain dari orang yang sombong dan keras tabitnya. Sedikit senyum dan tidak gembira adalah sebuah sikap perendahan terhadap manusia. Sikap merendahkan manusia bersumber dari perasaan bangga dan sombong. Sedikit senyum, khususnya ketika bertemu dengan teman, termasuk sikap keras dalam tabiat. Akhlak ini sangat dibenci, terlebih bagi para pemimpin dan orang-orang yang punya keutamaan. [9]

Yang benar, hendaklah seorang muslim selalu bersikap proporsional dalam segala sesuatu. Janganlah ia tersenyum terus-menerus sepanjang waktu tanpa henti, baik ketika ada orang atau tidak, karena hal ini akan menimbulkan kecurigaan orang yang melihat. Demikian pula, jangan cemberut dan bermasam muka terus-menerus sepanjang waktu tanpa ada rasa gembira dan bahagia. Hendaknya kita bersikap pertengahan, kapan harus tersenyum –senang dan gembira- dan kapan kita bersikap tegas. Setiap sikap disesuaikan dengan situasi dan kondisinya.

Imam adz Dzahabi rahimahullah (Siyar A’lam an Nubala 10/140) berkata, “Adapun tersenyum dan berwajah manis adalah lebih bagus dari tertaewa. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Senyumanmu di hadapan saudaramu adalah sedekah.” Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu berkata,”Tidaklah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam melihatku melainkan (beliau dalam keadaan) tersenyum.” Ini adalah akhlak Islam. Derajat yang paling tinggi adalah orang yang menangis pada waktu malam dan murah senyum pada siang hari. Namun perlu diperhatikan, bagi yang sering tertawa dan tersenyum hendaknya untuk menguranginya (karena bisa) mencela dirinya sendiri dan agar jiwanya tidak menjadi mati. Dan bagi yang sering bermuka masam selayaknya untuk tersenyum, membaguskan akhlaknya dan mencela dirinya sendiri karena kejelekan akhlaknya. Segala sesuatu yang keluar dari garis keseimbangan adalah tercela. Jiwa itu perlu dilatih dan dibiasakan.” [10]


Potret Akhlak Teladan Kita

1. Abu Tholhah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Suatu hari Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam datang dalam keadaan gembira, ada yang bertanya: “Wahai Rasulullah, kami melihat raut wajahmu dalam keadaan senang, belum pernah kami meliha sebelumnya.” Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Benar, tadi malaikat datang menemuiku seraya berkata: Wahai Muhammad, sesungguhnya Rabbmu berkata kepadamu,”Tidakkah engkau ridho bahwasanya tidak seorang pun dari umatmu yang bersholawat untukmu melainkan Aku akan bershalawat atasnya sepuluh kali lipat, dan tidaklah seorang pun dari umatmu yang mengucapkan salam kepadanya melainkan Aku akan mengucapkan salam untuknya sepuluh kali.” Aku (Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam) menjawab,”Tentu.” [HR.Nasa’i 1283, Ahmad 3/332, ad Darimi 2773. Hadits ini dinyatakan hasan oleh Syaikh al Albani dalam at Ta’liq ar Roghib 2/29]
2. Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Ada seseorang datang menemui Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam secara berkata, ‘Aku telah binasa wahai Rasulullah, aku mengumpuli istriku pada siang hari bulan Ramadhan!!’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab. ‘Engkau harus memerdekakan budak.’ Orang tadi kembali berkata, ‘Aku tidak mampu.’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam berkata lagi, “Kalau begitu, puasalah dua bulan berturut-turut.’ Orang tadi kembali berkata lagi, ‘Aku tidak mampu.’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kalau begitu, berilah makan enam puluh orang fakir miskin.’ Orang itu kembali berkata, ‘Wahai Rasulullah, saya tidak mempunyai apa pun.’ Maka orang tadi diberi sekantung kurma, Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam berkata, ‘Bersedekahlah dengan kurma.’ Orang tadi menjawab, ‘Wahai Rasulullah, siapakah yang lebih miskin dari kami, tidak ada satu keluarga pun yang lebih miskin dari kami.’ Maka Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam tertawa hingga terlihat gigi gerahamnya, lantas berkata: ‘Kalau begitu, ambillah sedekah itu untukmu!!” [HR.al Bukhari 6087, Muslim 1111]
3. Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, “Aku pernah berjalan bersama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, beliau memakai baju besar buatan Najran sangat tebal. Lalu ada seorang Arab badui menemui beliau, lantas dengan sangat keras Arab badui tersebut menarik baju Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam sampai aku melihat putih pundaknya beliau. Ada bekas yang sangat nyata sebab tarikan tadi. Orang badui itu berkata, ‘Wahai Muhammad, berikanlah harta Allah yang ada padamu!’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menoleh lantas beliau tertawa, dan beliau memerintahkan kepada para Sahabat agar orang tadi dipenuhi hajatnya.” [HR.al Bukhari 6088, Muslim 1057]

Demikianlah akhir pembahasan senyuman kali ini. Semoga penjelasan di atas dapat mencairkan hati yang keras, menggugah jiwa dan perasaan yang selama ini tertutupi oleh sifat dan akhlak yang tercela. Allohu A’lam.

Note :

[1] Mu’jam Maqoyis Lughoh karya Ibnu Faris hal.117

[2] Mu’jam al Washith: 1/57

[3] Tahzib al Akhlaq al Jahizh hal.72

[4] Ibid

[5] Majma’ Ahkam Amtsal hal.215, Ibtasim karya Abdul Hamid al Bilali hal.15

[6] Tafsir Ibnu Katsir: 2/242

[7] Ibtasim hal.41

[8] Ibid hal.28

[9] Tahzib al Akhlaq karya al Jahizh hal.72

[10] Bahkan Imam an Nawawi menegaskan dalam Syarah Shohih Muslim: 3/40 bahwa tersenyum dianjurkan, bukan termasuk perkara yang mengurangi muru’ah. [al Muru’ah karya Masyhur Hasan Salman hal.115]

Sumber:

Diketik ulang dari Majalah al Furqon Edisi 10 Thn.XIII, Jumadil Ula 1430/Mei 2009, Hal.44-47,53.

Dipublikasikan kembali oleh : http://alqiyamah.wordpress.com

Rabu, 02 Maret 2011

Wahai muslimah, ulurkan jilbabmu, kenakan kain kerudungmu!

Wahai muslimah, ulurkan jilbabmu, kenakan kain kerudungmu!

oleh Media Islam Online pada 02 Maret 2011 jam 20:21
Kawan,
Apa sebenarnya alasanmu menutup aurat?
Jika ternyata kain kerudung yang engkau pakai sangat tipis.
Hingga tampaklah sebagian rambutmu.

Kawan,
Apa tujuanmu menutup aurat?
Jika ternyata baju yang engkau kenakan sangat ketat.
Hingga terlihat semua lekuk tubuhmu.

Kawan,
Apa motivasimu menutup aurat?
Jika ternyata begitu mudahnya engkau melepas kerudung saat keluar rumah.
Hingga auratmu pun dinikmati banyak orang.

Allah tidak hanya ada di kampus, di masjid, atau di pengajian-pengajian saja. Allah ada di manapun kita berada. Allah melihat semua aktifitas kita. Bahkan setangkai daun yang jatuh dari pohonnya di hutan belantara pun tak lepas dari pengawasan Allah. Lalu bagaimana mungkin, Allah tak melihatmu? Ketika kau memutuskan untuk menutup aurat, pahala menghampirimu. Namun, suatu ketika kau melepas kerudungmu di hadapan bukan mahram. Maka dosa menggantikan pahala yang baru saja engkau dapatkan. Betapa meruginya engkau kawan!

Dan untuk kawanku yang belum menutup aurat. Apa sebenarnya yang menghalangimu untuk menjalankan kewajiban muslimah tersebut? Padahal Allah tak pernah menunda memberikan nikmatnya padamu. Nikmat rizki, nikmat kesehatan, nikmat usia, dan jutaan nikmat lainnya. Tidakkah kau berpikir, bahwa Allah memberikan semua itu tidak gratis. Allah tidak mengharap balasan apapun darimu, karena Dia tahu bahwa manusia itu fakir. Allah hanya meminta satu dari kita, yaitu kita beribadah pada-Nya.

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (Q.S Adz-Dzariyat: 56)

Wujud ibadah kita kepada Allah, bukan hanya shalat, puasa, zakat saja, melainkan melaksanakan seluruh perintah-Nya dan menjauhi setiap larangan-Nya. Termasuk dalam hal ini adalah perintah untuk menutup aurat secara sempurna bagi muslimah, dengan jilbab dan kerudung. Sebagaimana firman-Nya:

“… Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka …” (QS. Al Ahzab: 59)

“… Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya …” (QS. An Nur: 31)

Kawan, hidup kita ini terlalu singkat jika hanya kita gunakan untuk menunda-nunda menjalankan kewajiban.

“Siapa yang menjamin anda hidup sampai dzuhur, jika Allah menakdirkanmu mati sekarang?” (Abdul Malik ibnu Umar ibnu Abdul Azis)

Kawan, aku tak ingin Allah mengambilmu dalam keadaan belum melaksanakan kewajiban. Atau saat engkau melakukan dosa karena meninggalkan kewajiban. Maka kumohon kawan, kapan pun dan di mana pun, selalu hadirkan Allah di sampingmu. Hadirkan Allah sebagai pengawasmu. Agar ketika setan menghampirimu untuk mengajakmu berbuat maksiat, kau bisa katakan padanya bahwa “Ada Allah di sampingku.”



Zakiya El Karima




________________________________________________________________


“Sampaikanlah walaupun hanya satu ayat”
 Jika ikhwan wa akhwat fiLLAH meyakini adanya kebenaran di dalam tulisan dan fans page ini, serta ingin meraih amal shaleh, maka sampaikanlah kepada saudaramu yang lain. Bagikan (share) tulisan ini kepada teman-teman facebook yang lain dan mohon bantuannya untuk mengajak teman-teman anda sebanyak mungkin di Media Islam Online, agar syiar kebaikan dapat LEBIH TERSEBAR LUAS DI BUMI INI....

fans page Media Islam Online
http://www.facebook.com/MediaIslamOnline

Kamis, 24 Februari 2011

JIKALAU LELAKI TERLUKA

oleh RENUNGAN N KISAH INSPIRATIF pada 03 Februari 2011 jam 12:35

♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥

Banyak kaum perempuan akan menangis saat tersakiti hatinya oleh kaum lelaki. Memang kaum perempuan bisa menangis selama berjam-jam, atau bahkan berhari-hari saat hatinya benar-benar terluka. Tapi dalam waktu singkat, kesedihan akan sirna tanpa disadari dan keceriaan kembali hadir.

Bagaimanakah dengan kaum lelaki? Saat hatinya terluka, mungkin tidak ada air mata yang menetes. Memang banyak lelaki yang seakan tidak memiliki kesedihan sedikitpun. Tetapi yang terlihat hanyalah kebencian dan kekecewaan karena tersakiti.

Benarkah kaum lelaki tidak sedih? Sebenarnya jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, ada kesedihan yang terpendam. Meski waktu telah lama berlalu dan segala hal telah berubah, tapi kesedihan itu masih melekat dan muncul dalam ingatannya secara tiba-tiba.

Saat kaum lelaki sudah memiliki pasangan baru, tanpa diduga, dia akan terkenang pada moment dimana dia pernah berjalan dengan mantan PASANGANnya.

Ia akan mengingat bahwa perempuan itu pernah mengisi hari-harinya yang indah dan Ia begitu mencintainya. Saat itulah lelaki akan mengalami kesedihan yang begitu dalam. Tentu saja, hal ini tidak akan terjadi sekali, tapi berulangkali. Sehingga dapat dibayangkan betapa tersiksanya perasaan seorang lelaki.

Dalam sekejap perasaan lelaki menjadi down. Lelaki seakan menjadi begitu lemah dan rapuh. Tapi uniknya, ia berusaha menutupi dan tetap memperlihatkan sikap sewajarnya untuk memulihkan perasaannya sendiri. Sehingga, tak ada seorang pun yang merasakan, kecuali hatinya sendiri yang teriris.

Hati yang terluka akan selalu dipendam dalam diri seorang lelaki, hingga ia benar-benar bisa menghilangkan luka tersebut dari dirinya. Life's must go on, right guys?

PERGAULAN IKHWAN DAN IKHWAT(2) {[CaTaTaN 2]}

oleh Yandi Farel pada 04 Februari 2011 jam 20:16

Pergaulan dalam istilah bahasa Indonesia berarti kehidupan bersama, yakni kehidupan antar sesama manusia. Salah satu bentuk pergaulan antar sesama manusia adalah pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Terkadang bentuk pergaulan tersebut bisa berupa persahabatan yang terjalin antara mereka dengan saling mengutarakan isi hati (tempat curhat).

Sebuah persahabatan yang terjadi antara laki-laki dan perempuan bisa dilatarbelakangi oleh kesamaan ide, gagasan, gaya hidup, minat, kebutuhan-kebutuhan, cara berpikir dan harapan-harapan. Dari situ muncullah simpati dan selanjutnya akan ada keterbukaan, jika sudah saling terbuka, maka dilanjutkan dengan sikap curhat. Dalam nuansa religiusnya biasanya dipakai kata ‘ukhuwah’. Namun ukhuwah ini didasari dengan keimanan, keikhlasan dan muroqobatullah.

Kedudukan sahabat begitu khusus dalam hati seseorang, sehingga persahabatan yang terjadi antara lawan jenis non mahrom perlu dipertanyakan, apakah mereka memang murni sebagai seorang sahabat ? Sebab tidak tertutup kemungkinan di hati mereka atau salah seorang dari mereka ada perasaaan memiliki dan penuh harap. Curhat yang terjalin diantara merekapun sebenarnya bukanlah untuk mencarikan sebuah solusi namun tidak jarang hanya untuk pengaduan dan minta perhatian.

Secara fitrah, antara laki-laki dan perempuan memiliki saling ketertarikan seperti positif dan negatif, sehingga tidak ada hubungan persahabata yang bebar-benar tulus diantara mereka. Hal ini perlu menjadi perhatian baik bagi ikhwan maupun akhwat, sebab fenomena ini yang berkembang akhir-akhir ini telah terjadi ‘kelonggaran’ dalam pergaulan, apakah memang zamannya saudah berubah atau karena ruang lingkup dakwah sudah meluas, pergaulan sudah heterogen, bahkan dengan masyarakat secara umum. Sehingga perlu evaluasi kembali terhadap lawan njenis, kendati apa yang dilakuakn semata-mata demi berkembangnya dakwah.

Islam sebagai Dinullah telah mengatur kehidupan antar sesama manusia dengan rincinya. Islam sangat menjaga agar hubungan kerja sama antara laki-laki dan perempuan (ikhwan dan akhwat) hendaknya bersifat umum dalam urusan-urusan muamalat bukan hubungan yang bersifat khusus seperti saling mengunjungi antara mereka yang bukan mahrom atau jalan-jalan bersama. Kerjasama antara keduanya bertujuan agar mereka melaksanakan apa yang menjadi kewajiban-kewajibannya.

Interaksi diantara mereka mestinya tidak mengarah pada hubungan yang bersifat nafsu syahwat, artinya interaksi mereka tetap dalam koridor kerjasama semata (amal jama’i) dalam menggapai berbagai kemaslahatan dakwah dan dalam melakukan berbagai macam aktivitas yang bermanfaat, tanpa diwarnai oleh ‘kepentingan individu lainnya’.

Pergaulan ikhwan dan akhwat hendaknya menjadikan aspek ruhani sebagai landasan hukum dan syariat sebagai tolok ukur yang didalamnya terdapat hukum yang mampu menciptakan nilai-nilai akhlak yang luhur.

Dalam menjaga hubungan dengan lawan jenis, rambu yang telah ditentukan Islam hendaknya dijadikan pedoman sekalipun hubungan tersebut dalam kerangka dakwah. Larangan dalam persoalan ini demikian tegas. Atas dasar itu, Islam menetapkan sifat menjaga kehormatan sebagai suatu kewajiban. Diantara ketentuan hukum yang berkenaan dengan hubungan terhadap lawan jenis antara lain adalah :

Pertama, Perintah untuk menjaga pandangan. Allah Swt berfirman : Katakanlah kepada laki-laki yang mukmin, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Sikap demikian adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Tahu atas apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita mukmin, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. (QS An-Nur : 30-31).

Apapun agen da dakwah yang hendak kita lukan, pandangan terhadap lawan jenis tetap harus dijaga, bukan berarti kita tidak melihat lawan jenis sama sekali, namun menjaga mata agar tidak saling menatap, sebab tatapan mata yang berlama-lama dapat mempengaruhi perasaan sehingga syaitan sangat leluasa menggoda. Rukhshoh hanya diberikan kepada mereka yang terlibat dalam proses belajar mengajar, transaksi jual beli, memberikan kesaksian, berobat dan saat khitbah.

Kedua, Islam telah memerintahkan kepada kaum wanita untuk mengenakan pakaian secara sempurna. Yakni pakaian yang menutup seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan. (QS Al-Ahzab : 59). Adapun bentuk dan model pakaian tidaklah termasuk urusan ibadah murni tatpi termasuk aspek muamalah yang illat dan ketentuan hukumnya berporos pada maksud dan tujuan syariat (sebagaimana yang diungkapkan Prof. Abdul Halim dalam Tahrirul Mar’ahnya).

Oleh sebab itu, bagaimanapun bentuk dan model pakaian asalakan dapat menutup aurat dengan memenuhi kriteria dan persyaratan yang ditetapkan syariat, sesuai dengan kondisi iklim dan pada sisi lain memudahkan wanita bergerak, maka dapat diterima oleh syar’i. Kriteria dan persyaratan itu antara lain menutupi seluruh tubuh kecuali wajah dan kedua telapan dan punggung tangan, longgar, tidak ketat dan tidak transparan, serta serasi dan tidak mencolok.

Ketiga, Islam melarang pria dan wanita untuk berkhalwat (berdua-duaan), kecuali wanita itu disertai mahramnya. Rasulullah Saw bersabda : Tidak dibolehkan seorang pria dan wanita berkhalwat, kecuali wanita itu disertai mahramnya.

Keempat, Islam sangat menjaga agar dalam kehidupan khusus hendaknya jamaah (komunitas) kaum wanita terpisah dari jamaah kaum pria; begitu juga didalam masjid, sekolah, dan lain sebagainya. Paling tidak jangan sampai terjadi pembauran (ikhtilat), sekalipun dalam urusan dakwah. Pengaturan dan penjagaan shaf ikhwan dan akhwat baik dalam berdemo atau kegiatan lainnya perlu di tata kembali. Ikhtilat ini sangat banyak terjadi dalam kehidupan bermasyarakat seperti di dalam kendaraan umum, di pasar, dllnya. Menurut Dr. Abdul Karim Zaidan hal seperti ini dikategorikan sebagai bentuk dhorurat, selama kita memang belum mampu mengubahnya, namun apabila kita bisa mengaturnya, maka hukum dhorurat tidak berlaku lagi.

Demikian antara lain sebagian kecil dari sekian banyak rambu-rambu yang telah diatur Islam dalam pergaulan. Dakwah sudah menyebar, pergaulan sudah semakin luas, nemun kita sebagai kader dakwah hendaknya tetap menjaga asholah dakwah dengan menjunjung tinggi nilai-nilai Islam.

Mukjizat Cinta Seorang Istri

Ahad, 13 Feb 2011

Mukjizat Cinta Seorang Istri

Apa yang paling diharapkan seorang laki- laki? wanita cantikkah? wanita kayakah? wanita dari keturunan terhormatkah? atau wanita pelembut hati mereka?

Sehebat hebatnya para laki-laki mereka membutuhkan wanita yang akan bisa lebih menghebatkan mereka. Sekuat kuatnya para laki laki, mereka membutuhkan wanita yang bisa lebih menguatkan pertahanan diri mereka. Sesangar sangarnya para laki laki, mereka membutuhkan wanita untuk menaklukan kebekuan diri dan hati mereka, dan setangguh tangguhnya para laki laki- laki, mereka membutuhkan wanita yang lebih tangguh untuk menegakkan hati mereka saat terpuruk.

Dan bahasa iman mereka menuntun jiwa dan hatinya dalam sebuah ikatan yang halal dimata Allah. Ikatan yang suci bersama seorang wanita yang bernama istri.

Karena istrilah kebahagiaan seorang suami terasa lebih lengkap. Dan sebaliknya, kehilangan sosok bahkan peran istri dalam rumah mereka yang megah sekalipun, akan menyebabkan kehampaan bagi hidup dan hati mereka. Bukan selalunya harta, kecantikan, kedudukan dan keturunan yang dimiliki seorang istri yang menjadi pendamai dalam rumah suami, namun cinta yang tulus demi pengabdian kepada Allah yang justru mengabadikan kehangatan didalamnya.

Tangan kokoh laki laki akan terasa lemah saat mereka melangkah sendiri tanpa seorang makhluk  "lemah" yang menguatkan mereka, itulah keajaiban wanita. yang justru dalam "kelemahan" itu terkandung kekuatan untuk menguatkan suami yang didasari oleh cinta yang tulus sebagai perwujudan pengabdian kepada Allah.

Kekerasan hati laki- laki seketika akan lumer menyaksikan ketelatenan seorang wanita yang kadang bertindak atas dasar perasaan mereka yang penuh kasih sayang.

Dan kemandirian laki laki akan terasa kosong, setelah menyadari kealpaan seorang wanita yang dapat menjadi partner berbagi mereka.

Kesungguhan cinta seorang istri, bahkan bisa membuat seorang suami tak hanya berfokus terhadap tujuan hidupnya, tetapi juga bersemangat mencapai tujuan tersebut. Cinta seorang istri, menempatkan mereka pada posisi penasihat yang terpercaya, sekaligus penyemangat nomor satu dalam hidup suami. Saat seorang suami merasa memiliki istri yang amat mencintainya, ia akan berusaha dengan segenap upaya untuk bisa membuat pasangannya tersebut bangga, dan hal ini akan menjadi motivator terbesar dalam hidupnya.  

Cinta adalah selalu tentang keindahan, apalagi jika terwujud sebagai cerminan dari iman dan pengabdian kepada Allah. Dan cinta istri memiliki keindahan yang tidak dapat terbayar oleh apapun bagi para suami. namun satu pertanyaan PR untuk para suami, sudahkah dan akankah mereka menghargai keajaiban cinta itu?

(Syahidah)

Energi yang Tak Pernah Habis


Diposkan oleh Bermanfaat Bagi Yang Lain di 05:07 . Rabu, 06 Oktober 2010
dakwatuna.com - Hidup sebagai sesuatu kadang seperti tulisan spanduk yang terikat di antara dua tiang. Hujan, panas, dan tangan-tangan usil bisa melunturkan keberadaan tulisan. Warna menjadi kabur, dan tulisan pun mulai luntur. Seperti itu pula mungkin ketika seseorang hidup sebagai muslim.
Tak ada iman tanpa ujian. Kalimat itulah yang mesti dipegang seorang mukmin dalam mengarungi hidup. Susah senang adalah di antara ruang-ruang kehidupan di mana seorang mukmin diuji keimanannya. Ada yang lulus. Ada juga yang mesti mengulang.
Mereka yang berguguran dalam perjuangan Islam adalah di antara yang mesti mengulang. Waktu memberikan mereka peluang untuk bangkit di lain kesempatan.

Rasulullah saw. bersabda, “Allah menguji hamba-Nya dengan menimpakan musibah sebagaimana seorang menguji kemurnian emas dengan api (pembakaran). Ada yang keluar emas murni. Itulah yang dilindungi Allah dari keragu-raguan. Ada juga yang kurang dari itu (mutunya) dan itulah yang selalu ragu. Ada yang keluar seperti emas hitam dan itu yang memang ditimpa fitnah (musibah).” (HR. Athabrani)

Ujian perjalanan keimanan seseorang tidak selalu pada hal besar. Bisa jadi terselip dalam kehidupan sehari-hari. Ada ujian tubuh yang rentan sakit. Ada rezeki yang muncul dalam tetesan kecil. Kadang ada, tapi kebanyakan tidak ada. Hidup menjadi sangat susah.

Inilah ujian sehari-hari yang bisa menentukan seperti apa mutu seorang mukmin. Kalau hasil ujian menunjuk titik sabar, rezeki yang sedikit menjadi berkah. Sedikit, tapi punya mutu istimewa.
Seperti itulah yang pernah diungkapkan Rasulullah saw. pada beberapa sahabat. “Sesungguhnya Allah Azza Wajalla menguji hambanya dengan rezeki yang diberikan Allah kepadanya. Kalau dia ridha dengan bagian yang diterimanya, maka Allah akan memberkahinya dan meluaskan pemberian-Nya. Kalau dia tidak ridha dengan pemberian-Nya, maka Allah tidak akan memberinya berkah.” (HR. Ahmad)

Ujian seperti itu memang terkesan sederhana. Mudah. Tapi, akan beda pada dunia nyata. Rezeki yang terasa kurang akan berdampak pada sisi lain: gizi keluarga, pendidikan anak, mobilitas gerak, dana dakwah, dan sebagainya. Belum lagi soal status sosial di tengah masyarakat. Sulit mengajak orang kembali pada Islam kalau status sosial si pengajak kurang dianggap.

Ujian rezeki yang terkesan sederhana, ternyata memang berat. Kalau saja bukan karena kasih sayang Allah swt., seorang mukmin hanya akan berputar-putar pada masalah diri dan keluarganya. Kapan ia akan berjuang. Bagaimana ia berdaya mengangkat beban umat yang begitu berat: masalah kebodohan, perpecahan, bahkan kemiskinan umat.

Jika merujuk pada pengalaman Rasul dan para sahabat, kenyataan hidup memang tidak begitu beda. Sedikit di antara hamba-hamba Allah di masa itu yang kaya. Termasuk Rasul sendiri. Beliau dikenal yatim yang berbisnis pada usaha pamannya, Abu Thalib. Begitu pun para sahabat yang sebagian besar berstatus budak dan buruh. Apa yang bisa dilakukan pada kelompok seperti itu.

Itulah yang pernah dialami Nabi Nuh dan para aktivis di sekitarnya. Mereka dianggap hina karena status sosial yang rendah. Allah swt. menggambarkan keadaan itu dalam surah Hud ayat 27. “Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya, ‘Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikutimu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja. Dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apa pun atas kami. Bahkan, kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta.”

Namun, sejarah memberikan pelajaran berharga. Para pejuang teladan yang dianggap punya status sosial rendah itu mampu memberikan bukti. Bahwa, kekayaan bukan penentu sukses-tidaknya sebuah perjuangan. Ada hal lain yang jauh lebih penting sebagai energi utama. Energi utama itu tersimpan dalam kekuatan ruhiyah yang tinggi.

Rasulullah saw. mengungkapkan itu dalam sebuah sabdanya. “Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada seorang mukmin yang lemah dalam segala kebaikan. Peliharalah apa-apa yang menguntungkan kamu dan mohonlan pertolongan Allah. Jangan lemah semangat (putus asa). Jika ditimpa suatu musibah janganlah berkata, ‘Oh andaikata aku tadinya melakukan itu tentu berakibat begini dan begitu.’ Tetapi, katakanlah, ‘Ini takdir Allah dan apa yang dikehendaki Allah pasti dikerjakan-Nya.” Ketahuilah, sesungguhnya ucapan ‘andaikan’ dan ‘jikalau’ hanya membuka peluang bagi karya setan.” (HR. Muslim)
Kenyataannya, energi yang dimiliki para pejuang Islam dari masa ke masa ada dalam ruhani mereka. Mereka begitu dekat dengan Yang Maha Kuat, Allah swt. Siang mereka seperti pendekar yang menggempur musuh dengan gagah berani. Tapi malam, mereka kerap menangis dalam hamparan sajadah karena hanyut dalam zikrullah. Hati mereka begitu terpaut dalam kasih sayang Allah swt.

Suatu kali Rasulullah saw. meminta Ibnu Mas’ud membaca Alquran. Ibnu Mas’ud agak kaget. “Bagaimana mungkin saya membacakan pada Anda Alquran, padahal ia datang melalui Anda?” Rasulullah saw. pun meminta Ibnu Mas’ud untuk membaca. Dan sahabat Rasul itu pun membaca surah An-Nisa.
Satu demi satu ayat dalam surah An-Nisa itu dibaca Ibnu Mas’ud. Hingga pada ayat ke-41. Rasul pun menangis. Tangisnya begitu jelas, hingga Ibnu Mas’ud menghentikan bacaannya. Ayat ke-41 itu berbunyi, “Maka bagaimanakah apabila Kami mendatangkan seorang saksi (Rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu).”

Itulah energi yang begitu kuat. Sebuah kekuatan yang bisa memupus keraguan, kemalasan, dan rasa takut. Sebuah kekuatan yang bisa mengecilkan bentuk ujian hidup apa pun. Termasuk, ujian kemiskinan.
 

AKHIRNYA CINTAKU BERLABUH KARENA ALLAH [ADHIT]

Awalnya, aku bertemu dengannya di sebuah acara yang diselenggarakan di rumah ku sendiri. Gadis itu sangat berbeda dengan cewek-cewek yang lain. Yang sibuk berbicara dengan laki-laki dan berpasang-pasangan. Sedangkan dia dengan pakaian muslimah rapi yang dikenakannya membantu mamaku menyiapkan hidangan dan segala kebutuhan dalam acara tersebut. Sesekali gadis itu bermain di taman bersama anak-anak kecil yang lucu, kulihat betapa lembutnya dia dengan senyuman manis kepada anak-anak.
Dari sikap itu aku tertarik untuk mengenalnya. Akhirnya dengan PD-nya kuberanikan diri untuk mendekatinya dan hendak berkenalan dengannya. Namun, kenyataannya dia menolak bersalaman denganku, dan cuma mengatakan “Maaf…” dan berlalu begitu saja meninggalkanku.
Betapa malunya aku terhadap teman-teman yang berada di sekitarku. “Ini cewek kok jual mahal banget! Padahal begitu banyak cewek yang justru berlomba-lomba mau jadi pacarku. Dia, mau kenalan saja tidak mau!” ujarku.
Dari kejadian itu aku menjadi penasaran dengan gadis tersebut. Lalu aku mencari tahu tentangnya. Ternyata dia anak tunggal sahabat rekan bisnis papa. Setiap ada pertemuan di rumah gadis itu, aku selalu ikut bersama papa.
Gadis itu bernama Nina, kulian di Fakultas Kedokteran dan dia anak yang tidak suka berpesta, berfoya-foya, dan keluyuran seperti cewek kebanyakan di kalangan kami. Aku pun jarang melihatnya jika aku pergi kerumahnya; dengan berbagai alasan yang ku dengar dari pembantunya: sakitlah, lagi mengerjakan tugas, atau kecapekan. Pokoknya, dia tidak pernah mau keluar.
Hingga suatu hari aku dan papa sedang bertamu ke rumahnya. Pada saat itu, Nina baru saja pulang dengan busana muslimahnya yang rapi, terlihat turun dari mobil, namun belum jauh melangkah dia pun terjatuh pingsan dan mukanya terlihat sangat pucat. Kami yang berada di ruang tamu bergegas keluar dan papanya pun menggendong ke kamar serta meminta tolong kami untuk menghubungi dokter. Dari hasil pemeriksaan dokter, Nina harus dirawat di rumah sakit.
Keesokan harinya, aku datang ke rumah sakit bermaksud untuk menjenguknya. Betapa kagetnya aku ketika kutahu Nina terkena Leukimia (kanker darah). Aku bertanya, “Kenapa gadis selembut dan sesopan dia harus mengalami hal itu?”
Perasaan kesalku padanya kini berubah menjadi kasihan dan khawatir. Setiap usai kuliah, kusempatkan untuk datang menjenguknya. Aku mendapatinya sering menangis sendirian. Entah itu karena tidak ada yang menjaganya atau karena penyakit yang diderita.
Beberapa kali di rumah sakit, Nina memintaku keluar setiap kali aku masuk. Aku pun mendatanginya di rumah. Tapi dia tidak pernah mau keluar menemuiku dan hanya mengurung di dalam kamar. Aku pun tidak menyerah begitu saja, kucoba menelpon Nina dan berharap dia mau bicara denganku. Namun, dia tetap tidak mau mengangkat telpon dariku. Lalu kukirim SMS padanya agar dia mau menjadi pacarku, tetapi tidak ada balasan malah HP-nya dinonaktifkan semalaman.
Keesokan harinya, aku nekat datang ke rumahnya untuk meminta maaf atas kelancanganku. Ternyata ia akan berangkat ke Makasar, ke kampung orang tuanya. Karena orang tuanya tidak dapat mengantarnya, aku pun menawarkan diri untuk mengantarnya, tapi Nina lebih memilih naik taksi dengan alasan tidak mau merepotkan orang lain. Sebelum naik ke mobil, dia menitipkan kertas untukku pada mamanya.
Alangkah hancur hatiku ketika membaca sebait kalimat yang berbunyi, “Maaf saat ini aku hanya ingin berkonsentrasi kuliah.” Hatiku remuk dan aku pulang dengan perasaan kesal sekali. Ini pertama kalinya aku ingin pacaran, tapi ditolak. Sebenarnya, aku tidak suka hubungan seperti pacaran itu karena begitu banyak dampak negatifnya, sampai ada yang rela bunuh diri karena ditinggalkan kekasihnya –naudzubillahi min dzalik.
Namun entah mengapa ketika aku meliha Nina hatiku pun tergoda untuk menjalin hubungan itu.
Sejak perpisahan itu, aku tidak pernah lagi bertemu dengannya sampai gelar sarjana aku raih. Lalu aku pun bekerja di perusahaan milik keluargaku sebagai satu-satunya ahli waris. Melihat ketekunanku dalam bekerja, papa Nina menyukaiku hingga hubungan kami menjadi akrab dan kuutarakan maksudku bahwa aku menyukai Nina, anaknya dan ternyata papa Nina setuju untuk menjadikanku sebagai menantunya.
24 Oktober 2006, bertepatan dengan hari raya idul Fitri, aku dan orangtuaku bersilaturrahmi ke rumah keluarga Nina dengan maksud untuk membicarakan perjodohan antara aku dan Nina. Tapi pada saat itu Nina baru di rawat di rumah sakit sejak bulan Ramadhan. Saat kutemui, Nina terlihat sangat pucat, lemah dan senyumannya seakan menghilang dari bibirnya. Hari itu orang tua kami resmi menjodohkan kami. Bahkan aku diminta untuk menjaganya karena orang tuanya akan berangkat keluar negeri. Tetapi Nina tidak pernah mau meladeniku.
Suatu hari aku mendapati Nina terlihat kesakitan, terlihat darah keluar dari hidung dan mulutnya. Aku bermaksud untuk mengusap darah dan keringat yang ada di wajahnya, tetapi secara spontan dia menamparku pada saat aku menyentuh wajahnya. Betapa kaget diriku dibuatnya, aku tidak menyangka sama sekali Nina akan menamparku. Sungguh betapa istiqomahnya dia dalam menjaga kehormatan untuk tidak disentuh oleh laki-laki yang bukan muhrimnya. Saat itu aku belum mengetahui tentang masalah ini dalam agama.
Kejadian tersebut secara tidak sengaja terlihat mama Nina maka Nina pun dimarahi habis-habisan hingga sebuah tamparan mendarat di pipinya. Kulihat Nina segera melepas infusnya dan berlari menuju kamar mandi. Nina pun mengurung diri di kamar mandi tersebut. Dengan terpaksa kami mendobrak pintu kamar mandi dan kami dapati Nina tergeletak di lantai tak sadarkan diri karena terlalu banyak darah yang keluar.
Setelah sadar, aku berusaha bicara dan meminta maaf kepadanya atas kejadian tadi, namun Nina terus-terusan menangis. Aku pun bertambah bingung, apa yang mesti aku lakukan untuk menenagkannya. Tanpa pikir panjang aku memeluknya, tapi Nina malah mendorongku dengan keras dan keluar dari kamar menuju taman. Ketika kudekati Nina berteriak hingga menjadikan orang-orang memukuliku karena menyangka aku menggangu Nina. Karena itulah, Nina semalaman tidur di taman dan aku hanya bisa melihatnya dari kejauhan. Setelah waktu subuh menjelang kulihat Nina beranjak untuk melaksanakan sholat subuh di masjid, aku pun turut shalat. Namun setelah shalat, tiba-tiba Nina menghilang entah kemana. Aku mencarinya berkeliling rumah sakit tersebut. Dan lama berselang kulihat banyak kerumunan orang dan ternyata Nina sudah tak sadarkan diri dengan HP berada disampingnya, sepertinya barusan dia telah berbicara dengan seseorang. Keadaan Nina saat itu sangat kritis sehingga pernafasannya harus dibantu dengan oksigen. Kata dokter, paru-paru Nina basah yang mungkin diakibatkan semalaman tidur di taman.
Nina tak kunjung juga sadar. Dengan perasaan khawatir dan bingung aku berdoa dengan menatap wajahnya yang pucat pasi…
Tiba-tiba ada sebuah SMS yang masuk ke HP Nina, tanpa sadar aku pun membaca dan membalas SMS tersebut. Aku juga membaca beberapa SMS yang masuk ke HP-nya dan aku sangat terharu dengan isinya, ternyata banyak sekali orang yang menyayanginya. Diantaranya adalah orang yang bernama Ukhti. Dulu sebelum aku mengetahui Ukhti adalah panggilan untuk saudara perempuan, aku sempat cemburu dibuatnya. Aku mengira Ukhti itu adalah pacar Nina yang menjadi alasan dia menolakku.
Setelah Nina tersadar dari pingsannya,aku menunjukkan SMS yang dikirimkan saudari-saudarinya dan dia sangat marah ketika tahu aku membaca dan membalas SMS dari saudri-saudarinya. Dia pun akhirnya melarangku untuk memegang HP-nya apalagi mengangkat atau menghubungi saudari-saudarinya.
Namun, tetap saja aku sering ber-SMS-an dengan saudari-saudarinya untuk mengetahui kenapa sikap Nina begini dan begitu. Dari sinilah aku mendapat sebuah jawaban bahwa Nina tidak mau bersentuhan apalagi berduaan denganku karena aku bukan mahramnya dan Nina menolak untuk berpacaran serta bertunangan denganku kerena di dalam Islam tidak ada hal-hal seperti itu dan hal itu merupakan kebiasaan orang-orang non Muslim.
Aku tahu juga Nina mencari seorang ikhwan yang mencintainya karena Allah bukan atas dasar hawa nafsu. Akhirnya aku tahu akan sikap Nina semata-mata dia hanya ingin menjalankan syariat Islam secara benar.
Hari berlalu dan aku terus belajar sedikit demi sedikit tentang Islam dari Nina dan saudari-saudarinya, terutama dalam melakukan shalat lima waktu tepat pada waktunya. Saat itu aku merasakan ketenangan dan ketentraman selama menjalankan dan menimbulkan perasaan rindu kepada Allah untuk senantiasa beribadah kepada-Nya. Niatku pun muncul untuk segera menikahi Nina agar tidak terjadi fitnah, namun kondisi Nina semakin memburuk. Dia selalu mengigau memanggil saudari-saudarinya yang dicintainya karena Allah…
Melihat hal itu, aku membawanya ke kota Makasar, kampung mama kandung Nina untuk mempertemukannya dengan saudari-saudarinya, Qadarullah (atas kehendak Allah), aku tidak berhasil mempertemukan mereka. Yang ada, kondisi Nina semakin parah dan penyakitku juga tiba-tiba kambuh sehingga aku pun juga harus dirawat di rumah sakit.
Orang tua Nina datang dan membawanya kembali ke Kota Makasar tanpa sepengetahuanku karena pada saat itu aku juga diopname. Di Makasar, Nina diawasi dengan ketat oleh papanya, karena papa Nina kurang suka dengan akhwat, apalagi yang bercadar.
Rumah sakit dan rumah yang ditempati Nina dirahasiakan. Dan Nina pun tak tahu dimanakah ia berada. Karena kondisinya masih lemah, Nina pun tak bisa berbuat apa-apa, bahkan ia kadang dibius, apalagi ketika akan dipindahkan dari satu tempat ke tempat yang satunya agar agar tidak tahu dimana keberadaannya, karena papanya tidak ingin ada akhwat yang menjenguk Nina. Sampai-sampai HP-nya pun diambil dari Nina. Namun, karena Nina masih mempunyai HP yang dia sembunyikan dari papanya, sehingga beberapa kali Nina berusaha kabur untuk menemui saudari-saudarinya, akhirnya Nina dikurung di dalam kamar.
Mendengar hal itu, aku langsung menyusul Nina ke Makasar dan aku sempat bicara denganya dibalik pintu. Nina menyuruhku untuk menemui seorang ustadz di sebuah masjid di kota itu. Dari pertemuanku dengan ustadz tersebut aku pun diajak ta’lim beberapa hari dan aku menginap di sana.
Papa Nina menyangka Nina telah mengusirku sehingga ia pun dimarahi. Setibanya di rumah, aku jelaskan duduk perkaranya kepada papa Nina, bahwa ia tidak bersalah dan aku mengatakan agar pernikahan kami dipercepat.
Hari Kamis, 24 November 2006. Kami melangsugkan pernikahan dengan sangat sederhana. Acara tersebut cuma dihadiri oleh orang tua kami beserta dua orang rekanan papa. Setelah akad nikah aku langsung mengantar ustadz sekalian shalat dzuhur. Betapa senangnya hatiku, akhirnya aku bisa merasakan cinta yang tulus karena Allah. Semoga kami bisa membentuk keluarga yang sakinah mawaddah, wa rahman dan senantiasa dalam ketaatan kepada Allah… itulah doaku saat itu.
Sepulang dari mengantar ustadz, perasaan bahagia itu seakan buyar mendapati Nina yang baru saja menjadi isteriku tergeletak di lantai, dari hidung dan mulutnya kembali berlumuran darah. Dan tangannya terlihat ada goresan.
Kami langsung membawanya ke rumah sakit, di perjalanan, kondisi Nina terlihat sangat lemah. Terdengar suara memanggilku dan berkata agar aku harus tetap di jalan yang diridhai-Nya sambil memegang erat tanganku karena kesakitan. Baru pertama kali ia memegang tanganku dengan tulus, air mataku tak tertahankan melihat keadaan Nina yang terus berdzikir sambil menangis… dia juga selalu menanyakan saudari-saudarinya di mana?
Setibanya di rumah sakit, aku bertanya-tanya kenapa tangan Nina tergores. Aku pun menulis SMS kepada saudari-saudari Nina. Ternyata, tangan Nina tergores ketika hendak menemui saudari-saudarinya dengan keluar dari kamar. Karena pintu kamar terkunci, Nina ingin keluar melalui jendela sehingga menyebabkan tangannya tergores.
Nina tak kunjung sadar hingga larut malam, aku pun tertidur dan tidak menyadari kalau Nina bangkit dari tempat tidurnya. Dia ingin sekali menemui saudari-saudarinya dan dia tidak menyadari kalu hari telah larut malam. Dia cuma berkata, “Pengen ketemu saudariku karena sudah tak ada waktu lagi.” Berhubung Nina masih lemah, dia pun jatuh pingsan setelah beberapa saat melangkah.
Aku benar-benar kaget dan bingung mau memanggil dokter tapi tidak ada yang menemani Nina. Akhirnya aku menghubungi salah saudarinya untuk menemani.
Setelah aku dan dokter tiba, Nina sudah tidak bernafas dan bergerak lagi. Pertahananku runtuh dan hancurlah harapanku melihat Nina tidak lagi berdaya…
Dokter menyuruh keluar. Pada saat itu kukira Nina telah tiada, makanya aku segera menulis SMS kepada saudari Nina untuk memberi tahu bahwa Nina telah tiada. Namun, begitu dokter keluar, masya Allah! Denyut jantung Nina kembali berdetak dan ia dinyatakan koma. Aku hendak memberi kabar kepada saudari Nina tapi baterai HP-ku habis dan tiba-tiba penyakitku pun kambuh lagi sehingga aku harus diinfus juga…
Jam 11.30, perasaanku mengatakan Nina memanggilku, maka aku segera bangkit dari tempat tidur dan melepas infuse dari tanganku menuju kamar Nina. Kutatap wajah Nina bersamaan dengan kumandang adzan shalat jum’at. Sembari menjawab adzan, aku terus menatap wajah Nina berharap dia akan membuka matanya.
Begitu lafadz laa ilaha illallah, suara mesin pendeteksi jantung berbunyi, menandakan bahwa Nina telah tiada. Aku berteriak memanggil dokter, tapi qadarullah isteriku sayang telah pergi untuk selama-lamanya dari dunia ini. Nina langsung dimandikan dan dishalatkan selepas shalat jum’at, lalu diterbangkan ke rumah papanya di Malaysia. Untuk terakhir kalinya kubuka kain putih yang menutupi wajah Nina. Wajahnya terlihat berseri…
Aku harus merelakan semua ini, aku harus kuat dan menerima takdir-Nya.
Teringat kata-kata Nina, “Berdoalah jika memang Allah memanggilku lebih awal dengan doa, ‘Ya Allah, berilah kesabaran dan pahala dari musibah yang menimpaku dan berilah ganti yang lebih baik.’.”
Setelah pemakaman, aku langsung balik ke Jakarta karena kondisiku yang kurang stabil… Astagfirullah!! Aku lupa memberitahu saudari-saudari Nina. Mungkin karena aku terlalu larut dalam kesedihan, hingga secara spontanitas aku menghubungi mereka dan menyampaikan bahwa Nina benar-benar telah tiada. Aku tahu pasti, mereka pasti sedih dengan kepergian saudari mereka yang mereka cintai kerena Allah. Dari 3 saudari Nina, ada seorang yang tidak percaya dan sepertinya dia sangat membenciku. Entah, mengapa sikapnya seperti itu?
Sekirannya mereka tahu, bahwa sebelum kepergiannya, Nina selalu memanggil nama mereka, tentulah mereka semakin sedih.
Dalam HP Nina terlihat banyak SMS yang menunjukkan betapa indahnya ukhuwah dengan saudari-saudarinya. Semoga saudari-saudari Nina memaafkan kesalahannya dan kesalahan diriku pribadi.
“Salam sayang dari Nina tu kakak Rini, Sakinah, dan Aisyah serta akhwat di Makassar. Teruslah berjuang menegakkan dakwah illallah. Syukran atas perhatian kalian…”
***
Tak berapa lama seetelah kisah ini dimuat di Media Muslim Muda Elfata, redaksi Elfata menerima SMS dari seorang ukhti, saudari Nina. Isi SMS tersebut adalah, “Afwan, mungkin perlu Elfata sampaikan kepada pembaca Elfata mengenai kisah ‘Akhirnya Cintaku Berlabuh Karena Allah’ dimana kak Nina telah meninggal dan kini kak Adhit pun telah tiada. Kurang lebih 2 pekan (kak Adhit-red) dirawat di rumah sakit karena penyakit pada paru-parunya. Sebelum sempat dioperasi,maut telah menjemputnya. Ana menyampaikan hal ini karena masih banyak yang mengirim salam memberi dukungan ke kak Adhit yang kubaca di Elfata dan beberapa orang yang kutemui di jalan juga selalu bertanya, kak Adhit bagaimana? Ana salah satu ukhti dalam cerita tersebut… syukran jiddan”